Selasa, 23 Oktober 2012

Saya bersyukur

Saya adalah seorang perenung dan pemikir. Saya merenungkan dan memikirkan banyak hal. Saya juga seorang pelamun dan pencari analogi dalam banyak hal. Itulah sedikit kelebihan yang Tuhan berikan kepada saya. Terlalu banyaknya pikiran dan renungan itu sayangnya tidak selalu saya wujudkan di dunia nyata. Di dunia nyata, saya adalah orang yang terlalu prudent, konservatif, cari aman dan menghindari konflik. Saya memiliki api, namun yang keluar dari diri saya adalah angin dan air.

Jangan salah sangka terhadap semua tulisan-tulisan di blog saya yang umumnya memang berisi ketidakpuasan dalam hidup. Bukannya saya tidak bersyukur akan segala makanan halal yang masuk ke perut dan gaji pas-pasan yang membuat saya jauh dari kemewahan, hanya saja terkadang saya memiliki keinginan untuk mengubah apa yang ada sekarang. Sekadar untuk tidak pasrah-pasrah amat dalam hidup.

Jika saya diberi waktu untuk memperbaiki dan mengubah yang ada, mungkin saya akan memaksakan keinginan saya untuk bermain bola, toh jikapun gagal, saya akan kuliah dan berlanjut menjadi karyawan seperti sekarang. Saya punya kenalan yang merupakan alumni PSSI Primavera yang dikirim ke Italia tahun 90an, namun cedera yang dia alami membuatnya beralih profesi. Dia kini baik-baik saja. Meskipun dia gagal meraih cita-cita sebagai pemain bola, setidaknya dia sudah mencoba, tidak seperti saya. Dia suda tidak penasaran.

Tidak mungkin lagi saya menjadi pemain bola. Perut sudah gendut, nafas sudah senin-kamis. Saya tidak juga ingin menjadi seorang anggota band atau musisi, karena itu bukanlah jiwa saya, apalagi mendengar musik-musik yang sekarang. Selain menjadi pesepakbola, saya sering membayangkan diri menjadi seorang sejarawan, peneliti, atau penulis buku. Saya juga membayangkan diri saya tidak tinggal di Jakarta. Semua itu pekerjaan yang bermanfaat, sebagaimana manusia yang memang dinilai dari apa manfaat yang bisa dia berikan dalam hidup ini.

Dan kembali lagi kepada kenyataan. Saya hanya ingin bahagia. Kalau ditanya apakah sekarang saya bahagia atau tidak, saya bisa jawab bahwa kini saya setengah bahagia karena saya kini berkecimpung di dunia sepak bola, meskipun bukan menjadi pemain atau pelatih bola. Setidaknya, saya kini mulai mengerti apa yang harus saya lakukan. Dan saya yakin bahwa saya melakukan ini semua atas petunjukNya, seperti halnya doa-doa yang selalu saya panjatkan setiap saat. Terima kasih Tuhan karena sudah menjawab doa-doa saya. Saya bersyukur.