Senin, 24 Desember 2012

Attack on Leningrad



Jika boleh memilih sekian banyak hal-hal yang underrated di dunia ini, biarkanlah gue memilih salah satunya yaitu film Attack on Leningrad.

Tidak, gue tidak akan mengomentari aspek sinematografi, acting, casting, juga istilah-istilah teknis dunia perfilman lainnya yang gue gak kuasai. Tapi gue tertarik karena film ini lekat dengan sejarah Perang Dunia 2.

Film yang disutradarai oleh Alexandr Buravsky ini memiliki 3 bahasa yaitu Rusia, Jerman dan Inggris dengan bahasa Rusia yang paling dominan digunakan dalam film. Ya iyalah judulnya aja menonjolkan kota Leningard yang sekarang bernama St. Petersburg.

Jika elo berharap melihat orang pacaran di taman, berantem lalu ketemu lagi di akhir film layaknya tipikal film Hollywood, elo gak akan temukan di film ini. Yang elo lihat adalah kota tidak berdaya yang di bombardir pesawat tempur,  penduduk yang kelaparan, juga pemandangan suram kota tempat meletusnya Revolusi Bolshevik ini.

Film yang berlatar waktu musim dingin tahun 1941 ini punya mengangkat dua tema besar, pertama tentang cerita seorang jurnalis Inggris bernama Kate Davis (diperankan Mira Sorvino), kedua tentang penyerangan 900 hari kepada Leningrad itu sendiri. Kate, jurnalis yang berbasis di Moskow ini ditugaskan untuk meliput situasi di Leningrad. Kota ini tengah mengalami krisis akibat serbuan tentara Nazi Jerman, serbuan yang menjadi rangakaian invasi terbesar di dunia dan paling ambisius dari Adolf Hitler yang dikenal dengan operasi Barbarossa.

Malang menimpa Kate. Saat peliputan, bis yang ditumpanginya dibom oleh pesawat Jerman mengakibatkan banyak jatuh korban dari pihak jurnalis. Kate selamat, namun ia tidak ditemukan saat pencarian sehingga pemerintah Uni Soviet menyatakan bahwa ia tewas.

Kate mencoba bertahan hidup, dan ia beruntung bertemu seorang polisi wanita tangguh dan idealis, Nina Tsvetkova. Kate kehilangasn surat-suratnya karena pengeboman, sehingga Nina membuatkan Kate identitas palsu dengan nama Ekaterina Gonzalez. Nina menjadikan Kate seorang Spanyol karena memang pada masa itu banyak warga Spanyol yang melarikan diri ke Rusia akibat kekejaman pemerintahan diktator Jenderal Franco.

Nina lalu mengizinkan Kate tinggal dirumahnya bersama kakaknya dan dua keponakannya. Kate sangat baik pada Sima dan Yura, dua keponakan Nina. Yura digambarkan mengalami kelumpuhan akibat kurang gizi, namun berotak cerdas. Kate sangat menyayanginya.

Kate Davis
Situasi Leningrad sangat parah. Saat musim dingin yang ganas tiba, bencana kelaparan justru datang karena tentara Nazi memang tidak langsung menyerbu dan membumihanguskan kota, namun mereka memotong jalur distribusi makanan. Pemerintah setempat akhirnya memberlakukan sistem penukaran kupon untuk sebuah roti.

Jatah makanan yang lama kelamaan berkurang akhirnya menjadikan pemandangan menyedihkan timbul di mana-mana. Kuda yang diambil dagingnya bahkan ketika masih hidup, penduduk yang memakan lem dan tanah karena lem mengandung sagu dan tanah mengandung gula, hingga kanibalisme menjadi potret sejarah gelap bagi kota ini yang coba disampaikan oleh sang pembuat film.

Cerita berkembang dramatis ketika diketahui ternyata Kate adalah seorang anak dari bekas Jenderal Rusia yang mengabdi pada Tsar, pihak yang digulingkan oleh pemerintah komunis lewat revolusi Bolshevik. Ayah Kate kabur ke Inggris lalu menikahi seorang wanita Inggris yang akhirnya menjadi ibu Kate. Untuk menghindari bahaya, Kate memakai nama keluarga ibunya, Davis. Fakta ini membuat intelejen Soviet mencoba mengamankannya, namun usaha-usaha itu tidak pernah berhasil.

Gue menemukan satu hal menarik lagi dalam film ini yaitu keberadaan Danau Ladoga. Danau yang beku setiap musim dingin ini adalah satu-satunya jalan keluar dari kota Leningrad yang sudah dikepung ketika jalur darat rentan serangan. Danau Ladoga ini kemudian dikenal sebagai The Road of Life yang akhirnya dijadikan PBB sebagai World Heritage karena menjadi “jalan kehidupan” untuk mengungsi maupun pendistribusian makanan bagi penduduk kota Leningrad semasa invasi.

Setelah berhasil menyebrangi Danau Ladoga dengan selamat, Kate justru memutuskan untuk tinggal di kota dan meninggalkan Phil (diperankan Gabriel Byrne), kekasihnya yang telah menunggu di ujung lain danau. Phil sebenarnya memiliki keinginan untuk membawa Kate kembali ke Moskow, untuk kemudian pulang ke London. Namun Kate tidak memungkiri asal usulnya tadi dan ia memilih untuk tinggal di Leningrad. 

Sayangnya memang tidak dipaparkan dengan jelas bagaimana pergumulan hati Kate mengenai asal usulnya ini, dan tiba-tiba kita diperlihatkan keputusan mengejutkan perempuan ini untuk menetap dan kemudian mati di Leningrad. Plot yang kurang kuat.

Tidak ada hal menarik lain selain muatan sejarah yang kental di film ini. Cerita-cerita yang diinspirasi dari sejarah memang selalu menarik hingga gue abai terhadap efek film yang umumnya menjadi jualan dari film-film Hollywood, juga aksen British yang kaku dari Sorvino, yang notabene seorang Amerika. Setelah gue telusuri, film yang rilis di tahun 2009 ini ternyata hanya dibuat versi DVD saja, tidak tayang di bioskop. Panggung terbesarnya adalah Festifal film di Pusan, Korea Selatan.

Ya memang hanya sedikit dari kita yang tertarik pada sejarah.