Jika boleh memilih sekian banyak hal-hal yang underrated di dunia
ini, biarkanlah gue memilih salah satunya yaitu film Attack on Leningrad.
Tidak, gue tidak akan mengomentari aspek sinematografi,
acting, casting, juga istilah-istilah teknis dunia perfilman lainnya yang gue gak kuasai. Tapi gue tertarik karena film ini lekat dengan sejarah Perang
Dunia 2.
Film yang disutradarai oleh Alexandr Buravsky ini memiliki 3
bahasa yaitu Rusia, Jerman dan Inggris dengan bahasa Rusia yang paling dominan
digunakan dalam film. Ya iyalah judulnya aja menonjolkan kota Leningard yang
sekarang bernama St. Petersburg.
Jika elo berharap melihat orang pacaran di taman, berantem
lalu ketemu lagi di akhir film layaknya tipikal film Hollywood, elo gak akan
temukan di film ini. Yang elo lihat adalah kota tidak berdaya yang di bombardir
pesawat tempur, penduduk yang kelaparan,
juga pemandangan suram kota tempat meletusnya Revolusi Bolshevik ini.
Film yang berlatar waktu musim dingin tahun 1941 ini punya
mengangkat dua tema besar, pertama tentang cerita seorang jurnalis Inggris bernama
Kate Davis (diperankan Mira Sorvino), kedua tentang penyerangan 900 hari kepada
Leningrad itu sendiri. Kate, jurnalis yang berbasis di Moskow ini
ditugaskan untuk meliput situasi di Leningrad. Kota ini tengah mengalami krisis
akibat serbuan tentara Nazi Jerman, serbuan yang menjadi rangakaian invasi
terbesar di dunia dan paling ambisius dari Adolf Hitler yang dikenal dengan operasi Barbarossa.
Malang menimpa Kate. Saat peliputan, bis yang ditumpanginya
dibom oleh pesawat Jerman mengakibatkan banyak jatuh korban dari pihak
jurnalis. Kate selamat, namun ia tidak ditemukan saat pencarian sehingga pemerintah
Uni Soviet menyatakan bahwa ia tewas.
Kate mencoba bertahan hidup, dan ia beruntung bertemu
seorang polisi wanita tangguh dan idealis, Nina Tsvetkova. Kate kehilangasn
surat-suratnya karena pengeboman, sehingga Nina membuatkan Kate identitas palsu
dengan nama Ekaterina Gonzalez. Nina menjadikan Kate seorang Spanyol karena
memang pada masa itu banyak warga Spanyol yang melarikan diri ke Rusia akibat
kekejaman pemerintahan diktator Jenderal Franco.
Nina lalu mengizinkan Kate tinggal dirumahnya bersama
kakaknya dan dua keponakannya. Kate
sangat baik pada Sima dan Yura, dua keponakan Nina. Yura digambarkan mengalami
kelumpuhan akibat kurang gizi, namun berotak cerdas. Kate sangat menyayanginya.
Kate Davis |
Situasi Leningrad sangat parah. Saat musim dingin yang ganas
tiba, bencana kelaparan justru datang karena tentara Nazi memang tidak langsung
menyerbu dan membumihanguskan kota, namun mereka memotong jalur distribusi
makanan. Pemerintah setempat akhirnya memberlakukan sistem penukaran kupon
untuk sebuah roti.
Jatah makanan yang lama kelamaan berkurang akhirnya
menjadikan pemandangan menyedihkan timbul di mana-mana. Kuda yang diambil
dagingnya bahkan ketika masih hidup, penduduk yang memakan lem dan tanah karena
lem mengandung sagu dan tanah mengandung gula, hingga kanibalisme menjadi
potret sejarah gelap bagi kota ini yang coba disampaikan oleh sang pembuat film.
Cerita berkembang dramatis ketika diketahui ternyata Kate
adalah seorang anak dari bekas Jenderal Rusia yang mengabdi pada Tsar, pihak
yang digulingkan oleh pemerintah komunis lewat revolusi Bolshevik. Ayah Kate kabur ke Inggris lalu
menikahi seorang wanita Inggris yang akhirnya menjadi ibu Kate. Untuk menghindari
bahaya, Kate memakai nama keluarga ibunya, Davis. Fakta ini membuat intelejen Soviet
mencoba mengamankannya, namun usaha-usaha itu tidak pernah berhasil.
Gue menemukan satu hal menarik lagi dalam film ini yaitu
keberadaan Danau Ladoga. Danau yang beku setiap musim dingin ini adalah
satu-satunya jalan keluar dari kota Leningrad yang sudah dikepung ketika jalur darat rentan serangan. Danau Ladoga ini kemudian
dikenal sebagai The Road of Life yang akhirnya dijadikan PBB sebagai World
Heritage karena menjadi “jalan kehidupan” untuk mengungsi maupun pendistribusian makanan bagi penduduk kota Leningrad semasa
invasi.
Setelah berhasil menyebrangi Danau Ladoga dengan selamat, Kate justru memutuskan untuk tinggal di kota dan
meninggalkan Phil (diperankan Gabriel Byrne), kekasihnya yang telah menunggu di
ujung lain danau. Phil sebenarnya memiliki keinginan untuk membawa Kate
kembali ke Moskow, untuk kemudian pulang ke London. Namun Kate tidak memungkiri
asal usulnya tadi dan ia memilih untuk tinggal di Leningrad.
Sayangnya memang tidak dipaparkan dengan jelas bagaimana pergumulan hati Kate mengenai asal usulnya ini, dan tiba-tiba kita diperlihatkan keputusan mengejutkan perempuan ini untuk menetap dan kemudian mati di Leningrad. Plot yang kurang kuat.
Sayangnya memang tidak dipaparkan dengan jelas bagaimana pergumulan hati Kate mengenai asal usulnya ini, dan tiba-tiba kita diperlihatkan keputusan mengejutkan perempuan ini untuk menetap dan kemudian mati di Leningrad. Plot yang kurang kuat.
Tidak ada hal menarik lain selain muatan sejarah yang kental di film
ini. Cerita-cerita yang diinspirasi dari sejarah memang selalu menarik hingga
gue abai terhadap efek film yang umumnya menjadi jualan dari film-film
Hollywood, juga aksen British yang kaku dari Sorvino, yang notabene seorang
Amerika. Setelah gue telusuri, film yang rilis di tahun 2009 ini ternyata
hanya dibuat versi DVD saja, tidak tayang di bioskop. Panggung terbesarnya
adalah Festifal film di Pusan, Korea Selatan.
Ya memang hanya sedikit dari kita yang tertarik pada
sejarah.