Kamis, 11 Oktober 2012

Lelah menjadi populer

Sebagai manusia yang tinggal di kota besar, tingkat stress tentu ikut besar. Tidak hanya pekerja kantoran, kini pelajar sekolah juga mengalami tensi tinggi dalam hidupnya. Untungnya, ada blog. Blog atau diary ini diperlukan sebagian dari kita yang butuh pelampiasan atas apa yang tidak bisa kita atasi di dunia. Cukup dengan bercerita kepada komputer, emosi tersalurkan tanpa harus memperlihatkannya secara frontal kepada orang sekitar.

Well, ternyata dunia blogging berbeda kenyataannya dengan coretan di buku diary. Di dunia blogging, orang bisa melihat apa yang kita tulis, tidak seperti diary. Blog ini seperti diary berjalan, etalase kehidupan kita, yang dengan sukarela kita perlihatkan pada orang lain. Lama kelamaan orang berinteraksi melalui blog, saling berbalas komentar dan tidak jarang berakhir dengan kopi darat.

Orang yang butuh curhat itu pasti butuh perhatian, selain butuh pelarian. Blog bisa menyeimbangkan dunia, membuat orang tetap bisa menjadi dirinya sendiri meskipun di dunia maya karena memang tidak semua hal di dunia ini yang bisa kita ubah.

Tidak semua orang jago menulis dan merangkai kata, maka dibuatlah twitter. Di twitter, kita berbicara dibatasi 140 karakter saja. Tidak perlu jago menulis, tidak perlu embel-embel tanda baca, tidak perlu repot-repot untuk curhat.

Di twitter, ekspresi makin lepas karena memang mudah menggunakannya. Anda akan dicap aneh jika sering update status di facebook, namun tidak di twitter. Previledge tersebut nyatanya kebablasan. Terlalu banyak orang yang nge-twit seperti sedang meracau, seperti sedang mabuk sehingga linimasa kita dipenuhi celotehan tidak bergunanya. Ada juga kita melihat orang pamer di twitter. Sedang dimana, makan apa, bersama siapa. Sungguh informasi-informasi yang tidak semuanya kita ingin lihat.

Belum lagi kalau kita di-follow orang yang tidak kita kenal, lalu orang yang tidak kita kenal itu kerap mention hal-hal yang mengganggu dan sok akrab. Dan orang-orang itu kadang minta "folbek dong!" Kita juga tidak bisa menolak fakta bahwa orang-orang yang ada di akun twitter kita adalah orang-orang yang berbeda. Berbeda profesi, berbeda pemikiran, berbeda prinsip, berbeda tim sepak bola favorit, dan lainnya. Perbedaan-perbedaan itu memang sepantasnya rentan menimbulkan gesekan.

Kita jadi dituntut menjaga sikap di twitter, apalagi jika follower banyak atau salah satu follower kita adalah orang-orang dekat. Gak mungkin kita ngetwit “T*I KUCING!!” jika ada tante kita di daftar follower. Tidak mungkin pula kita ngetwit untuk mencela boyband tertentu karena penggemar mereka pasti akan marah. Ini menyimpulkan bahwa twitter sudah terlalu mainstream, twitter mulai sesak dan ter-facebook.

Mulailah orang berpindah ke PATH. Lagi-lagi Android dan Apple yang menginisiasi media hipster untuk kalangan yang sudah lelah dengan media mainstream ini. Dari yang saya dengar dari teman, Path lebih eksklusif karena jumlah teman dibatasi 150 orang saja.

Setelah bangga dengan banyaknya jumlah follower di twitter dan teman di facebook, lama kelamaan orang menyadari bahwa sebenarnya dia hanya butuh segelintir orang saja dalam hidupnya, bukan lagi banyak orang. Dunia yang terlalu bising bisa jadi membuat orang tidak nyaman. Setelah puas berekspresi dan hasrat pamer tersalurkan, lama kelamaan orang bisa menjadi bosan. Bosan ngetop, bosan ditanya tiap update status, bosan ditanya tiap upload foto, bosan-bosan lainnya.

Keberadaan Path, juga Instagram, media sosial berbasis gadget menunjukkan bahwa manusia ternyata bisa juga mengalami kelelahan menjadi populer. Popularitas juga bisa memiliki ekuilibrium, dimana jika sudah melewati ambang batas, popularitas itu berubah menjadi sesuatu yang memuakkan. Meski demikian, kelelahan populer ini tidak mutlak, kadang orang masih merasa perlu untuk berekspresi, tapi hanya kepada segelintir orang yang dipilihnya saja. Pengen pamer, tapi lebih malu-malu. Mungkin begitu.

Akan tetapi, ternyata tidak selalu Path atau Instagram menjadi sarana orang untuk mengurangi eksistensi. Ada beberapa yang mengkoneksi seluruh media sosialnya. Facebook, twitter, foursquare, path, line, instagramnya semua tersambung. Update satu, update semua.

Wah, kalo yang seperti ini saya juga bingung menjelaskannya.. :)