I’ll never forget that night.
Last Friday, 31st August 2012 when I met those cool guys.
Singkat aja, gue ketemu
sebagian besar orang yang sebelumnya hanya bisa gue jumpai di timeline twitter
atau di tulisan-tulisan brilian mereka. 10 orang dengan passion sama dengan
gue, passion pada sepak bola. Mereka membuat gue memahami sepak bola lebih
baik, dari semula gue yang hanya sebagai suporter klub AC Milan.
Dulu, gue marah saat AC Milan
dicela, kecewa berlebih saat AC Milan kalah. Sekarang gue jadi tau kalo sepak
bola lebih dari itu, dan gak ada gunanya sama sekali bersikap segitunya
terhadap klub sepak bola Eropa nun jauh disana, yang gak ada hubungan
apapun dengan kita.
“Sepak bola itu universal,
bukan hanya untuk satu atau dua kelompok.” Begitulah seharusnya.
Salah seorang dari mereka
pernah berkata
“Sok bela-belain mereka, emang lo udah pernah nonton langsung di stadionnya?”
"Ribut amat ngebelain klub Eropa, udah gitu cuma bisa ribut di twitter."
“Sok bela-belain mereka, emang lo udah pernah nonton langsung di stadionnya?”
"Ribut amat ngebelain klub Eropa, udah gitu cuma bisa ribut di twitter."
Sangat menyenangkan saat sepak
bola menyatukan orang dengan berbagai latar belakang. Kami berbeda usia, pekerjaan,
style berpakaian, selera makan. Tapi saat berbicara sepak bola, kami sama.
Kami bukanlah kelompok suporter
klub tertentu, kami bukanlah sekumpulan orang yang dengan konyol beradu fisik
dan argumen tentang klub favorit kami di benua Eropa yang jauh disana.
Lebih jauh, kami bukanlah
kelompok Jenggala ataupun Bakrie, bukan pro ISL atau IPL, bukan juga pro PSSI
atau KPSI. Kami bebas kepentingan.
Kami bertemu bukan untuk saling bertukar keluhan, bukan untuk ngomongin bos, bukan untuk ngomongin pekerjaan, bukan untuk saling pamer gadget.
Kami bertemu hanya untuk membicarakan sepak bola. Kami hanya pecinta sepak bola.