Kamis, 01 Desember 2016

Lagu-Lagu Rekomendasi

Belakangan ini, gue jarang posting tulisan bertema musik. Padahal, begitu banyak lagu-lagu baru yang sering gue dengarkan. Beberapa di antara lagu-lagu ini malah termasuk kategori berkesan, meskipun lagu ini sudah lama.

Dystopia
Sampai sekarang, gue belum beli album Megadeth yang berjudul Dystopia. Selain gue yang males melakukan pembelian online, gue juga merasa mendengarkannya lewat youtube saja sudah cukup. Dystopia ini keren. Gue padahal bukan yang pengamat musik metal banget, tapi bisa bilang kalo album ini keren, terutama lagu berjudul Dystopia, judul sama dengan albumnya.

Selama masa pengerjaan hingga rilisnya album Dystopia, beredar rumor reuni formasi Megadeth pada era emasnya, yaitu era Rust in Peace, album fenomenal yang rilis pada tahun 1990. Tapi Dave Mustaine, sang vokalis, pendiri sekaligus pemimpin band ini tidak menggubris rumor itu. Ia malah merekrut dua musisi, yaitu Chris Adler untuk mengisi pos drummer dan Kiko Loureiro di posisi lead guitar. Mereka menggantikan peran Shawn Drover dan Chris Broderick yang hengkang. Kiko menjadi anggota tetap, sementara Adler hanya direkrut untuk sebagai session player untuk keperluan rekaman dan proses tur konser.

Gue belum pernah dengar siapa Kiko Loureiro, bagaimana permainannya di band Angra, juga bagaimana karakternya. Tapi begitu mendengar lagu Dystopia, permainan Kiko betul-betul menghipnotis. Nada-nada yang dipilihnya untuk mengisi part solo begitu enak terdengar, meskipun speed tetap menjadi andalan utama. Kiko. Buat saya, meski lagu Dystopia tidak 'seberat' Tornado of Souls atau Holy Wars, tapi bukan berarti kalah kualitas. Dystopia menawarkan kombinasi antara skill musik tingkat tinggi, efisiensi sekaligus harmoni yang begitu menawan. Kalo mau dengar lagu lain yang "Kiko banget", coba saja dengarkan Conquer or Die di album yang sama.

Dari Dystopia, gue semakin meyakini bahwa Megadeth memang lebih keren ketimbang Metallica. Tentu saja, ini semata hanya pendapat pribadi.

KT Tunstall
Gue memang menggemari beberapa penyanyi wanita. Paula Cole, Tori Amos juga Christina Aguilera menjadi favorit. Tapi KT Tunstall? Awalnya, gue tidak begitu memperhatikan. Tetapi, sebuah situasi random mempertemukan kuping dengan lagu Tunstall berjudul Other Side Of The World. Sebetulnya tidak ada yang istimewa-istimewa amat dari materi lagu yang rilis tahun 2005 sebagai bagian dari album Eye To The Telescope ini. Dari segi eksplorasi warna musik dan aransemen pun seperti lagu pop-folk pada umumnya. Begitu pula dari segi lirik yang menceritakan balada hubungan jarak jauh.

Tapi Other Side Of The World seperti memberi hipnotis. Ada kenyamanan bagai bantal dan guling yang empuk ketika suara khas Tunstall dipadukan dengan lirik yang enak diucapkan, musik bertempo lambat dan iringan gitar akustik. Gue bisa mendengarkan lagu ini terus menerus. 

Old Time Rock 'n Roll
Akhirnya, lagu lawas dari Bob Seger berjudul Old Time Rock 'n Roll menjadi yang terakhir yang ingin gue bahas di tulisan ini. Old time rock 'n roll berisi lirik yang sangat-sangat mewakili selera gue dalam hal mendengarkan musik. Dalam lagu yang rilis tahun 1978 ini, Bob Seger menyuarakan kegundahannya pada musik era itu, yang menurut dia tidak memiliki jiwa yang sama dengan rock 'n roll lawas.

There's only sure way to get me to go
Start playing old time rock 'n' roll
Call me a relic, call me what you will
Say I'm old-fashioned, say I'm over the hill
Today' s music ain't got the same soul
I like that old time rock 'n' roll


Begitulah potongan liriknya, yang menyimpulkan isi lagu. Berarti, Bob Seger sudah merasa bahwa musik tahun 70an akhir sudah tidak enak lagi untuk didengar. Wah, kalo tahun-tahun keemasan itu saja udah dibilang gak enak lagi, gimana dengan musik sekarang?