Rabu, 24 Oktober 2012

Hati-hati berkurban

Hari raya kurban atau Idul Adha tidak terasa sebentar lagi akan kita peringati. Hari yang diperingati berdasarkan sejarah pengorbanan Nabi Ibrahim As, yang rela mengorbankan Ismail, anaknya sendiri yang telah dinanti-nanti selama berpuluh-puluh tahun atas perintah Allah Swt ini diwujudkan dalam pemotongan hewan kambing, domba, atau sapi secara massal dan ditengah-tengah masyarakat.

Banyak yang menyambut baik hari raya ini, karena di hari peringatan ini, orang-orang yang selama ini berada dalam kondisi kekurangan rezeki berkesempatan menikmati santapan lezat berupa sebongkah daging. Makanan ini tentu sangat mewah bagi mereka yang pada sehari-harinya makan tidak teratur, bahkan terkadang mengais-ngais dari tong sampah kita.

Islam memang mengajarkan keindahan dalam bentuk semangat berbagi dalam hal ini. Namun sayangnya beberapa diantara kita menyalahgunakannya. Seringkali kita lihat di kota Jakarta, banyak kaum dhuafa yang malah menjual kembali daging yang mereka dapat. Mungkin mereka lebih butuh uang, yang kelak mereka bisa belanjakan untuk makanan lain dalam jumlah yang lebih banyak. Ya, kalau seperti itu sih logis saja.

Yang tidak logis adalah banyak sekali yang tidak jujur. Mengambil jatah lebih dari apa yang menjadi haknya, padahal jatah itu milik orang lain. Bahkan saya pernah mendengar cerita memalukan di daerah tempat tinggal saya.

Setiap kegiatan kurban, tentu ada panitia. Panitia bertugas menyembelih hewan kurban, membersihkannya, memotong-motongnya lalu membagi-bagikannya kepada yang berhak. Pada saat pembagian inilah terdapat kontroversi.

Panitia nakal tersebut memilih-milih daging kurban untuk dibagi. Dia membagi-bagikannya kepada sanak saudaranya, entah yang keadaannya sulit atau lapang. Beredar kabar bahwa satu keluarga besar si panitia tersebut total mendapatkan bagian dari 1 ekor sapi!

Saya sendiri belum bisa memastikan rumor tersebut, tapi banyak orang yang mengonfirmasi kebenarannya. Tidak heran, tahun ini banyak orang enggan menyerahkan pengurusan hewan kurban kepada panitia nakal ini.

Sangat memalukan bahwa momen besar keagamaan seperti ini dijadikan ajang aji mumpung. Mereka pikir, tidak ada yang mengawasi. Mereka hanya memikirkan perut mereka sendiri dan berbuat tidak amanah.

Ajaran yang baik ini dirusak oleh umatnya sendiri!