Selasa, 01 Januari 2013

Taken 2, a review




Gue selalu suka sama film yang secara detail memperlihatkan sudut-sudut kota. Taken 2 mengambil latar kota Istanbul. Film ini meneruskan cerita pertama yang banyak berlatar belakang kota Paris.

Film ini adalah film yang berisi kejam dan absurd-nya penjahat-penjahat dari sebuah kota di utara Albania bernama Tropoje, kota yang mendapatkan travel warning dari pemerintah Inggris, Kanada maupun Australia ini.

Absurdnya penjahat kota Tropoje? Well, di awal film sendiri sepertinya Hollywood (representasi Amerika Serikat tentu saja) memang menunjukkan bahwa mereka tidak henti-hentinya menjadikan diri mereka sebagai pahlawan. Mereka benar, yang lain salah. Jika tahun 90an hingga awal 2000an mereka sibuk merilis film-film dengan orang Vietnam atau Soviet bahkan makhluk angkasa luar sebagai penjahatnya, kini mereka banyak membuat film-film dengan kelompok Islam radikal sebagai penjahat. Tipikal steriotip dan propaganda mereka lah.

Gimana sih jalan ceritanya? Cerita berawal dari keinginan balas dendam dari orang tua Marko, penjahat yang dibunuh oleh Bryan Mills (Liam Neeson), seorang pensiunan CIA di Paris ketika kelompok Marko menculik anaknya, Kim (Maggie Grace). Para penjahat itu berencana akan menculik Mills, yang bersama Kim dan Lenore (mantan istri Bryan – diperankan oleh Famke Janssen) sedang berada di Istanbul.

Culik lagi, culik lagi. Ya memang inilah yang menjadi punchline sentral dari film, sekaligus pesan kepada kita semua bahwa memang bahaya culik ada dimana-mana. Film ini memang memberi panggung yang teramat besar bagi penculik.

Oh iya, dimana letak absurd lainnnya dari penjahat-penjahat itu? Pertama-tama adalah sikap dan karakter lebay dari ayah Marko, yaitu Murad (diperankan oleh Rade Serbedzia, aktor Serbia bertinggi nyaris 2 meter). Murad, yang adalah bos dari gangster Albania yang terkenal itu benar-benar digambarkan sebagai villain yang bengis, amoral dan heartless. Hanya peduli untuk membalas dendam saja.

The ruthless Murad

Sebuah penokohan villain yang menurut saya sangat klise karena justru film-film Hollywood belakangan ini sering memberikan karakter menarik dan punya selipan agenda moral pada kejahatannya [lihatlah karakter liberator mirip Che Guevara dalam diri Bane di The Dark Knight Rises] alih-alih karakter dangkal ala penjahat kelas teri seperti Harry dan Marv yang mencuri uang dari pemilik toko mainan anak-anak di film Home Alone.

Olivier Megaton sang sutradara maupun Luc Besson sang penulis seperti tidak memberi ruang bagi penonton untuk bersimpati pada sang penjahat, dan memberikan panggung tunggal pada seorang Bryan Mills sebagai sosok tangguh yang kebapakan, detail dan cermat.

Dengan memperlihatkan Murad bisa dengan mudah melewati penjagaan perbatasan Turki padahal membawa sekompi penjahat saja sudah terlihat absurd (jika memang ia memberi sogokan, itupun tidak diperlihatkan). Terlebih Murad berasal dari Tropoje Albania, yang anak SMP juga tahu kalau Albania tidaklah berbatasan langsung dengan Turki. Ia harus melewati Kosovo dan Bulgaria lebih dulu, atau melewati jalur selatan yang berarti Yunani dahulu untuk menuju ke yurisdiksi Turki.

Adegan laughable lainnya adalah saat para penjahat yang sudah menodongkan pistol kepada Mills dan Lenore masih membiarkan Mills menelpon Kim dan membuat Mills sempat memberikan instruksi sulit untuk melarikan diri dan bersembunyi di lemari.

Kehebatan Mills-pun dieksploitasi. Layaknya seorang yang telah melumpuhkan basis gangster ini di kota Paris seorang diri, Mills diperlihatkan mampu menghapal jalan menuju tempat ia diculik meski kepalanya ditutup kain berwarna hitam. Mills lalu memandu Kim untuk menyelamatkan mereka melalui telepon seluler kecil yang ia selipkan di kaus kakinya.

Taken 2 juga menunjukkan sisi lain dari Kim, film ini memaksa si cewek girly merayap di dinding dengan pijakan seadanya, melempar granat, menembakkan pistol, memanjat ke atap, menyetir ugal-ugalan hingga berlari-lari di atap. Oh iya, tidak lupa kalau Kim (yang belum lulus ujian mengemudi) atas desakan ayahnya berani menerobos barikade tentara kedutaan Amerika Serikat yang menembakinya.

Kim, si girly yang dipaksa "beraksi"

“What are you gonna do, Dad?”
“What I do best.”

Frase “like father like daughter” coba dijejalkan dalam film ini ketika lebih banyak orang mengenal frase “like father like son.” Hubungan Bryan dan Kim memang digambarkan tidak harmonis karena semasa bekerja, Bryan tidak pernah memiliki waktu dengan Kim. Bryan-pun bercerai dengan Lenore. Oke, gambaran broken home dan romansa hubungan roller-coaster antara ayah dengan anak ini mengingatkan gue pada film Die Hard. Lucy, Holly dan John McClane. If you know what I mean.

Sudut-sudut kota Istanbul yang klasik dan selat Bosporus yang cantik itu adalah pemandangan menarik yang memberikan kesan tersendiri saat menyaksikan film ini, sebuah intermezzo apik dari dominasi adegan full thrilling. Keseharian orang Istanbul yang dulunya pernah dikuasai oleh Imperium Romawi dan Khalifah Utsmani, juga tergambar lewat potongan-potongan kegiatan di pasar, suara adzan, Blue Mosque hingga pengamen buta.

Dan seperti di seri pertamanya, Mills memang terlalu kuat bagi gerombolan penjahat itu, berapapun jumlah mereka, apapun senjata mereka. Mills terlalu taktikal, terencana, cerdas, cekatan, kuat sekaligus tampak seperti lebih tangguh dibanding Jason Bourne. Musuh yang paling kuat, yaitu tangan kanan Murad (lupa namanya siapa) juga relatif terlalu mudah untuk dihabisi Mills.

Selanjutnya, kedangkalan karakter Murad diperlihatkan puncaknya ketika ia coba menembak Mills dari belakang, dan sudah tertebak bahwa pistol itu telah dikosongkan pelurunya oleh Mills. Seperti ending predictable yang tidak klimaks.

Padahal tadinya saya berharap Mills dibawa ke Tropoje. Film ini bisa jauh lebih baik lagi sebenarnya.

Tidak lupa, film ini seperti dibiarkan menggantung oleh perkataan Murad bahwa anak-anaknya yang lain kelak akan membalaskan dendamnya. #kode banget nih bakal ada Taken 3.

Entah perasaan gue atau bukan, bahwa Jamie (diperankan oleh Luke Grimes), kekasih Kim adalah anggota komplotan Murad dengan perawakan unshaven dan lusuhnya. Semakin yakin saja bahwa akan ada sekuel ketiga dari film ini.

Kesimpulan: untuk kategori aksi, film ini menghibur dan menyenangkan untuk ditonton. Lupakan klise dan abaikan stereotipnya.

Tebak-tebakan untuk Taken 3: 


Nanti si Jamie ternyata beneran komplotan Albania itu. Dia emang sengaja memacari Kim karena agenda terselubung, yaitu penculikan. Timbullah konflik ayah-anak lagi di sekuel ini. Nantinya baru deh Kim diculik dan dibawa ke Tropoje. 


Di situlah film selesai, entah endingnya mau bagaimana.