Jumat, 08 Maret 2013

Zombieland, A movie review





Pernah gak ngebayangin saat pulang dari kantor tiba-tiba jalan yang biasa elo lewati lebih sepi dari biasanya, tidak ada mobil dan motor berlalu-lalang, lalu ketika sampai dirumah lo gak menemukan keluarga lo, karena mereka telah berubah menjadi makhluk lain seperti zombie?

Orang-orang Amerika sepertinya memang terobsesi dengan mayat hidup ini. Seolah seluruh ras manusia sudah bisa mereka taklukkan, bahkan alien juga telah mereka usir dari muka bumi. Dan setelah bosan, kini mereka menciptakan musuh sendiri dari virus yang mereka ciptakan sendiri berupa zombie.

Dalam film bertema zombie, kekagetan akan zombie yang muncul tiba-tiba adalah sesuatu yang memang dijual oleh sang pembuat film. Dalam film ini, pandemik yang  terjadi dijelaskan akibat mutasi virus mad-man, ya semacam mad-cow versi manusia. Virus yang menyebar cepat secepat gosip artis ini langsung membuat seantero negara lumpuh dan menjadi negara zombie, a zombieland.

Film zombie biasanya diceritakan secara serius dan musuhnya digambarkan tangguh. Elo bisa menebak deh bagaimana plot maupun endingnya. Tapi kalo pengen nonton film bertema zombie dikemas dalam bentuk hiburan, parodi dan terkesan semaunya, mungkin Zombieland adalah pilihan yang tepat.

Zombieland bercerita tentang survivor. Seorang pemuda geek yang sampai film ini habis tidak disebutkan namanya (Hanya menyebut Colombus, sebuah kota di Ohio) yang belum tertular virus tiba-tiba didatangi oleh seorang wanita yang juga tetangganya di sebuah komplek apartemen.

Wanita seksi itu bercerita tentang pengalamannya dikejar oleh makhluk buas yang berusaha menggigitnya. Ia kemudian lemas, lalu tertidur di pangkuan si Colombus. Namun setelah Colombus bangun, si wanita seksi itu telah berubah menjadi zombie buas yang lapar dan ingin memakannya. Colombus melawan, dan berhasil membunuh zombie wanita itu. Setelah itu, ia keluar apartemen, dan begitulah cerita dimulai.

Colombus yang seorang geek dan jomblo akut itu kemudian berceloteh “You see? You just can't trust anyone. The first girl I let into my life and she tries to eat me.” 



Cerita berkembang ketika ia bertemu seorang yang berpenampilan macho, bergaya koboy tapi sering mengeluarkan lelucon garing. Orang ini akan menuju Tallahassee, yang meski sama-sama di bagian timur Amerika dengan Colombus, namun Colombus di utara, sementara Tallahassee di selatan. 

Karakter unik Tallahassee menjadi bumbu di film ini. Baginya, ekstasi membunuhi zombie bagaikan kesenangan anak kecil terhadap mainan perosotan. Namun sang jagoan itu terobsesi dengan kue twinkie, kue bolu jajanan anak-anak disana. Fakta sentimental ditambahkan mengenai anak anjingnya (kemudian belakangan diketahui itu adalah anaknya) yang menjadi korban zombie. Lihatlah percakapan mereka:

Columbus: You know there's a place untouched by all this crap?
Tallahassee: Back east, yeah?
Columbus: Yeah. Yeah. You heard the same thing?
Tallahassee: Out west, we hear it's back east. Back east, they hear it's out west. It's all just nonsense. You know, you're like a penguin on the North Pole who hears the South Pole is really nice this time of the year.
Columbus: There are no penguins on the North Pole.
Tallahassee: You wanna feel how hard I can punch? 

Film menjadi makin rasa Hollywood ketika dalam perjalanan mereka ke timur (Colombus dan Tallahassee) mereka bertemu dua cewek kakak beradik, yang ternyata adalah komplotan penipu ulung. Dua cewek ini menipu mereka dua kali, merampok mobil dan senjata juga. Si cewek yang mereka sebut Wichita (The cute Emma Stone) dan Little Rock ini kemudian membelokkan tujuan menjadi ke barat (Los Angeles) karena sang adik ingin pergi ke Pacific Playland, dimana banyak kabar beredar bahwa di area itu masih steril dari zombie.

Bisa ditebak, si Colombus dan Wichita saling tertarik. Dalam suatu momen yang “Hollywood banget”, si Wichita berniat menurunkan Colombus, agar si Colombus melanjutkan perjalanannya ke timur untuk melihat keluarganya.

“Go find what you’ve been looking for. And when you have it, don’t let it go.”

Ah there she is..
Dengan eye-contact dan body language yang typical dan terbaca, akhirnya si Colombus memilih untuk tinggal. Wichita hanya tersenyum, lalu melanjutkan perjalanan.

“I could tell she knew what I was feeling, we all are orphans in Zombieland.”

Apakah selanjutnya dari film ini? Jika anda berpikir bahwa mereka akan menghadapi zombie besar yang lebih cerdas dan lebih berbahaya sebagai “raja terakhir”, maka film ini bukanlah film semacam itu. Bukan Resident Evil.

Hal utopis adalah yang pertama kali terpikir di kepala saya. Colombus mencatat do’s and don’ts, dimana hal-hal itu adalah semacam manual book yang Colombus tulis tentang bagaimana cara bertahan di negeri yang telah dikuasai oleh zombie. Zombieland. Di antaranya yang saya ingat adalah

1. Do the cardio. Ya, karena bakal sering lari-larian dikejar zombie.
2. Do the double tap (atau apa saya lupa, pokoknya hajar dua kali sampai zombie benar-benar mati).
3. Don’t be attached (jangan terikat atau menjalin hubungan).
4. Don’t be a hero (maksudnya, lebih baik pikirkan untuk selamatkan diri sendiri sebelum selamatkan orang lain).
5. Enjoy little thing (seperti berteriak-teriak, menghancurkan barang di toko-toko yang sudah ditinggal pemiliknya, dan lain-lain).

Elo bisa membaca lengkapnya disini

Tapi bukan itu inti film ini kalo menurut gue.

Film ini menawarkan sebuah ide yang amat utopis, terlebih buat elo yang selalu membenci dan menyalahkan hidup. Elo bisa memilih untuk tidur di manapun, mengambil barang di toko ataupun mengambil uang di bank karena tidak ada lagi pemiliknya. Dan elo bisa melakukannya tanpa harus merasa berdosa, atau merasa melanggar hukum. Lha, kan semua orang udah berubah jadi zombie.

Pendek kata, dunia zombie adalah tatanan baru dunia yang bebas, tanpa aturan, tanpa batas. Menggoda sekali, bukan?

Columbus: You want to know the best thing about Z-land? No- no Facebook status updates. You know, Rob Curtis is gearing up for Friday. Who cares?
Wichita: Ooh! Free parking...
Tallahassee: The best thing is no more flushing. Epic.
 

A unique group