Senin, 11 Februari 2013

Rock dan Bukan Rock


Jika saya tidak menjadi pekerja kantoran corporate slave seperti sekarang, mungkin saya akan bekerja di bidang musik. Sepersekian potong jiwa saya diisi oleh musik. Tidak sebagai musisi mungkin karena talenta saya tidak sebegitu besarnya untuk menjadi seorang rockstar. Mungkin menjadi seorang music director di sebuah stasiun radio, atau menjadi produser band, atau mungkin membuka toko musik. Entahlah.

Saya dan musik memiliki hubungan sangat erat. Dalam hati saya sering bersenandung meski saya tidak suka bernyanyi keras-keras. Saya menghapal banyak lirik tanpa bermaksud menghapalnya, mengingat banyak irama dan ketukan-ketukan dalam lagu tanpa bermaksud demikian, juga mengingat banyak momen yang berkaitan dengan sebuah lagu tertentu.

Bicara musik, tentu saja saya tidak bisa dipisahkan dengan musik rock. Subyektifitas saya pada musik rock memang mendekati semangat Uber Allez-nya Hitler, dimana saya menganggap hanya musik rock-lah yang bagus, lainnya biasa saja. Saya lalu mengelompokkan genre musik menjadi dua saja: rock dan bukan rock.

Mengapa saya bisa bersikap demikian? Entahlah, mungkin ada hubungannya dengan sifat saya yang begitu passionate den obsesif kepada suatu hal yang saya anggap bagus, dan obsesi itu menihilkan yang lain. Ambil contoh dalam hal makanan. Saya menganggap bakmi paling enak di dunia ya Bakmi GM. Apapun bakmi yang saya makan setelahnya, saya selalu terpola untuk membandingkannya dengan Bakmi GM. Sejauh ini, Bakmi GM masih bakmi yang terlezat menurut saya.

Begitu pula band favorit. Bagi saya, tidak ada band yang lebih baik di dunia ini selain Metallica dan Megadeth. Pertentangan hati saya hanyalah hingga kini saya masih belum ajeg untuk menempatkan band mana yang ada di urutan pertama, Metallica atau Megadeth, meski secara overall saya lebih banyak tahu lagu Metallica.

Setelah mendengarkan lagu-lagu kencang dan penuh semangat dari kedua band itu, lagu-lagu dari band lain seolah hanya selingan. Lagu dari band-band lain jadi terdengar biasa-biasa saja setelah saya mendengar Metallica dan Megadeth. Ya, maksudnya ini dalam genre rock ya, kalau genre bukan rock mah saya tidak hitung sama sekali. Karena memang sampai sekarang, saya tidak menemukan band dengan musik sebaik Metallica dan Megadeth. Buat saya, dunia musik berhenti di tahun 90an.

Lagu-lagu easy listening jaman sekarang mungkin lebih mudah untuk digumamkan, disenandungkan, dan mungkin dalam kekosongan masih enak saja didengar. Ibaratnya buah lemon dalam minuman ice lemon tea, jika ada ya bagus, tapi jika tidak ada toh orang tidak mencari. Itulah kesan saya terhadap lagu-lagu sekarang.

Saya tidak peduli meski selera musik saya dibilang tua dan gak mau move on. Memang dalam hal ini saya menolak move on karena alasan kualitas. Jika ada lagu sekarang yang kualitasnya bagus, toh pasti saya dengarkan, contohnya lagu-lagu dari band Muse atau System of a Down. Namun tidak yang lain. Saya bukan pemuja Adam Levine atau Chris Martin sih sejujurnya. Mereka bagus, tapi ya bukan rock.