Senin, 19 Oktober 2015

Kamu Hanya Seekor Ayam!

Suatu ketika, si Gondrong melihat seekor kucing berjalan di atap rumah. Langkahnya mantap, tapi tiba-tiba ia terjatuh. Rupanya, ia menginjak sehelai daun basah yang licin sehingga ia terpeleset.

Si Gondrong juga pernah melihat tupai melompat-lompat dengan terampil di antara pohon-pohon. Tiba-tiba ia terlempar akibat berpijak pada dahan pohon yang sudah lapuk.

Si Gondrong juga pernah mendengar cerita seorang dokter berpengalaman yang salah mendiagnosa penyakit pasien, atau seorang tukang ojek senior yang tiba-tiba tersasar saat melewati jalan tembus yang ia biasa lewati. Kamu juga pernah dengar, kan?

Lalu suatu ketika, motor si Gondrong juga pernah dibuat bermasalah gara-gara pekerjaan yang dilakukan oleh seorang montir senior yang sudah dia percaya. 

Lain lagi teman si Gondrong yang perempuan. Ia begitu berang karena potongan rambutnya gagal total, padahal yang mengerjakannya adalah penata rambut ternama yang telah ia bayar mahal.

Andrea Pirlo pernah salah umpan, Diego Maradona pernah gagal melewati lawan, Michel Platini pernah gagal menendang penalti. Kirk Hammett juga pernah salah menekan nada di gitarnya, begitu pula Axl Rose yang pernah out of tune ketika bernyanyi. John Stockton juga pernah gagal melakukan lemparan bebas. Dan sebagainya, dan sejenisnya.

Kamu juga pernah membaca kisah hidup Steve Irwin atau Ayrton Senna, kan? Pasti dong.

Kamu juga pasti pernah mendengar cerita seorang akuntan handal yang salah memposting jurnal, seorang pengacara yang salah menginterpretasi peraturan, seorang analis yang salah menghitung proyeksi, atau seorang insinyur yang salah memperhitungkan kebutuhan bahan bangunan, dan seorang koki yang salah menakar bumbu.

Mereka semua ahli di bidang masing-masing. Tapi tetap bisa salah, bukan? Mereka yang bisa melakukan pekerjaannya walaupun sambil merem, tapi tetap saja bisa keliru, bukan?

Lalu si Gondrong melihat dirimu. Ya, kamu. Kamu memang berbakat. Berpotensi besar. Tapi semua itu masih dalam tahap ‘calon’, belum ‘jadi’. Masih belum punya karya, tapi kok bisa-bisanya menghina karya orang lain? Dan tidak jarang kamu menghina kompetensi seseorang, yang padahal bidangnya kamu tidak kuasai. Kamu tidak lebih dari seekor ayam yang dengan jemawanya mengajari musang tentang cara berburu yang baik. Kamu hanyalah seekor ayam, yang berani-beraninya meledek cara ikan berenang.

Kamu memang menguasai teknis, teori segala macam kamu lahap, pengalaman sudah mulai dirintis, mentor kamu juga hebat-hebat. Tapi, seperti yang saya bilang, sehebat apa pun kamu nantinya, bukan tidak mungkin kamu akan mengalami ‘kesialan’ yang akan membuatmu melakukan kesalahan mendasar yang memalukan. 


Dan sebagus apa pun kamu, pasti masih ada yang jauh lebih bagus. Dan di atas langit masih ada langit.



Dan kalaupun kamu memang sudah hebat seperti yang kamu bayangkan, tetap saja tidak ada alasan untuk sombong, bukan?



Karena kamu hanya seekor ayam!

Duh, ayam.