Tiket murah dan
kemunculan berbagai maskapai penerbangan membawa banyak perubahan. Perubahan yang
terjadi bukan hanya pada destinasi liburan saja, tapi juga pada perilaku si
turis itu sendiri. Saya tidak berniat nyinyirin turis-turis itu. Kasihan, sudah
terlalu banyak yang nyinyirin mereka. Padahal pledoi yang mereka bikin adalah
pledoi tak terbantahkan. “Nyinyir aja sih lo! Duit-duit gue!”
Entah kenapa
saya sih tidak mau ikut-ikutan dalam arus turisme itu. Saya juga tidak khawatir
kurang piknik, karena buat saya segala medium relaksasi itu sudah ada di hobi
yang saya kerjakan. Dan buat saya, travelling itu bukan hobi, bukan pula medium
“escape from routine” dan sejenisnya.
Liburan buat
saya adalah mengenal kota tujuan. Bagaimana sejarahnya, bagaimana kehidupan
masyarakatnya. Dan karena saya penggemar sepak bola, saya juga selalu ingin
merasakan denyut sepak bola di kota tujuan itu. Saat saya memutuskan untuk
mendatangi kota lain, berarti saya memang ingin mencari tahu kota tersebut,
bukannya ingin lari dari rutinitas atau ingin haha hihi semata, beli oleh-oleh,
lalu pulang tanpa sebuah gagasan baru. Apalagi, mengganggu ibadah biksu dengan
foto dari dekat dan mencak-mencak ketika pesta lampion batal. (Tuh kan nyinyir.
Duh.)
Ya, pokoknya
liburan itu lebih dari sekadar ngepath, posting foto dan ajang narsis. Harus ada
makna yang kuat dari sebuah perjalanan. Harus ada perubahan dan wawasan baru
dari perjalanan.
Itu sih saya ya,
kalo emang punya pendapat lain ya bebas-bebas aja. Hihihi. Selamat piknik!