Rasanya kata-kata gak cukup
gambarin perasaan ini. Gimana nggak, konser Metallica semalam adalah konser
terbaik yang pernah gue saksikan, ditambah fakta bahwa Metallica adalah band
favorit nomor satu gue sepanjang masa.
Masih terpajang jelas poster
Metallica di kamar lama gue di rumah orang tua, saat itu Jason Newstead masih
jadi bassist, juga koleksi kaset lama sejak album Kill ‘em all saat almarhum
Clifford Lee Burton masih mencabik bass. Ah, band ini terlalu besar artinya
buat gue, terlalu subyektif dan bias mungkin tulisan gue ini.
Jika gue melihatnya dari sudut
pandang penonton netral, konser semalam tetaplah luar biasa. Meski tata
panggung tidak dibikin seperti Cunning Stunts yang spektakuler dimana panggung
berada dibawah posisi penonton, dan band dibuat berada di tengah-tengah, tapi
tetaplah tidak mengurangi kerennya konser. Sound yang super mantap, suara bass
drum terdengar menggema sampai ke dada (literally), juga suara sound gitar dan
bass yang terbagi dengan sempurna menjadikan tontonan konser semalam adalah
tontonan musik terbaik yang pernah gue saksikan.
Lagi-lagi gue subjektif. Bagaimana
enggak, lagu-lagu yang mereka bawakan adalah lagu-lagu yang sudah 15 tahun
lebih gue selalu dengarkan. Di kamar sebelum berangkat sekolah dulu, di walkman
pas jeda kuliah, di laptop sambil kerja di kantor. Gak cuma menemani aktivitas,
tapi juga menemani sebagian besar perjalanan gue dari satu tempat ke tempat
lain. Selalu ada kompilasi lagu Metallica yang gue dengar dari audio sederhana
mobil. Pendek kata, Metallica adalah teman hidup gue (selain istri tentunya). Menyaksikan
mereka secara langsung adalah impian yang jadi kenyataan. Gue udah nonton
Megadeth, Mr. Big, Gun’s & Roses dan Metallica. My life is cool!
One, Creeping Death, Sanitarium,
Master of Puppets, Fade to Black, Enter Sandman, Seek and Destroy, Blackened,
dan lain-lain adalah kumpulan lagu sangar yang mencerminkan semangat dan energi
tiada batas. Saat lagu One dibawakan, gue literally merinding. Dan saat
Sanitarium dan Fade To Black dibawakan, gue secara instingtif terus melakukan
air drumming.
Ah sudah gue bilang, pasti gue
bias. Tapi meski begitu, gue yakin konser kemarin adalah sebuah konser untuk
dikenang, yang pantas diceritakan sebagai pengalaman gak terlupakan. Gue juga
yakin gak semuanya yang nonton kemarin bener-bener penggemar band ini, tapi
mereka toh menikmati atmosfer konsernya.
Memang saat ini sudah bukan era
mereka, tapi mereka seperti mencontohkan bagaimana musik harus dimainkan. Keras,
lugas, brutal dan semangat. Tidak peduli seperti apa keadaan industri musik
belakangan ini, dan juga bagaimana trend musik sekarang, Metallica tetaplah tak
tergoyahkan. Mereka tetaplah band metal terhormat yang konsisten dan gak lekang
dimakan zaman.
Konser Metallica semalam juga
memberi banyak makna. Bagaimana attitude sebuah band besar kelas dunia, yang
meski sudah berusia diatas 50an tapi tetap menyuguhkan performa layaknya
anak-anak usia 20 tahunan. Energi mereka luar biasa, profesionalitas
benar-benar mereka jaga dalam arti sebenarnya. Profesionalitas bukan berarti
mereka adalah ‘musisi bayaran’ tapi juga mereka berperilaku menunjang hal itu. Performa
total semalam adalah buktinya.
Mungkin banyak band metal
berskill lebih tinggi dari mereka, juga lebih gahar dan sangar, tapi Metallica
tetaplah punya ciri dan bunyian yang membedakan mereka dengan band lainnya. Karakter
yang mereka punyai terlalu kuat, dan lagu-lagu yang mereka buat tidak pernah
asal-asalan. Tidak hanya keras, tapi juga penuh harmonisasi.
Tidak heran jika bagi dunia musik
metal, mereka adalah ikon. Tapi bagi gue pribadi, mereka adalah ikon dari
musik. Selesai.