Senin, 26 Agustus 2013

The Greatest Show by The Greatest Band in The World

Rasanya kata-kata gak cukup gambarin perasaan ini. Gimana nggak, konser Metallica semalam adalah konser terbaik yang pernah gue saksikan, ditambah fakta bahwa Metallica adalah band favorit nomor satu gue sepanjang masa.

Masih terpajang jelas poster Metallica di kamar lama gue di rumah orang tua, saat itu Jason Newstead masih jadi bassist, juga koleksi kaset lama sejak album Kill ‘em all saat almarhum Clifford Lee Burton masih mencabik bass. Ah, band ini terlalu besar artinya buat gue, terlalu subyektif dan bias mungkin tulisan gue ini.

Jika gue melihatnya dari sudut pandang penonton netral, konser semalam tetaplah luar biasa. Meski tata panggung tidak dibikin seperti Cunning Stunts yang spektakuler dimana panggung berada dibawah posisi penonton, dan band dibuat berada di tengah-tengah, tapi tetaplah tidak mengurangi kerennya konser. Sound yang super mantap, suara bass drum terdengar menggema sampai ke dada (literally), juga suara sound gitar dan bass yang terbagi dengan sempurna menjadikan tontonan konser semalam adalah tontonan musik terbaik yang pernah gue saksikan.

Lagi-lagi gue subjektif. Bagaimana enggak, lagu-lagu yang mereka bawakan adalah lagu-lagu yang sudah 15 tahun lebih gue selalu dengarkan. Di kamar sebelum berangkat sekolah dulu, di walkman pas jeda kuliah, di laptop sambil kerja di kantor. Gak cuma menemani aktivitas, tapi juga menemani sebagian besar perjalanan gue dari satu tempat ke tempat lain. Selalu ada kompilasi lagu Metallica yang gue dengar dari audio sederhana mobil. Pendek kata, Metallica adalah teman hidup gue (selain istri tentunya). Menyaksikan mereka secara langsung adalah impian yang jadi kenyataan. Gue udah nonton Megadeth, Mr. Big, Gun’s & Roses dan Metallica. My life is cool!

One, Creeping Death, Sanitarium, Master of Puppets, Fade to Black, Enter Sandman, Seek and Destroy, Blackened, dan lain-lain adalah kumpulan lagu sangar yang mencerminkan semangat dan energi tiada batas. Saat lagu One dibawakan, gue literally merinding. Dan saat Sanitarium dan Fade To Black dibawakan, gue secara instingtif terus melakukan air drumming.

Ah sudah gue bilang, pasti gue bias. Tapi meski begitu, gue yakin konser kemarin adalah sebuah konser untuk dikenang, yang pantas diceritakan sebagai pengalaman gak terlupakan. Gue juga yakin gak semuanya yang nonton kemarin bener-bener penggemar band ini, tapi mereka toh menikmati atmosfer konsernya.

Memang saat ini sudah bukan era mereka, tapi mereka seperti mencontohkan bagaimana musik harus dimainkan. Keras, lugas, brutal dan semangat. Tidak peduli seperti apa keadaan industri musik belakangan ini, dan juga bagaimana trend musik sekarang, Metallica tetaplah tak tergoyahkan. Mereka tetaplah band metal terhormat yang konsisten dan gak lekang dimakan zaman.

Konser Metallica semalam juga memberi banyak makna. Bagaimana attitude sebuah band besar kelas dunia, yang meski sudah berusia diatas 50an tapi tetap menyuguhkan performa layaknya anak-anak usia 20 tahunan. Energi mereka luar biasa, profesionalitas benar-benar mereka jaga dalam arti sebenarnya. Profesionalitas bukan berarti mereka adalah ‘musisi bayaran’ tapi juga mereka berperilaku menunjang hal itu. Performa total semalam adalah buktinya.

Mungkin banyak band metal berskill lebih tinggi dari mereka, juga lebih gahar dan sangar, tapi Metallica tetaplah punya ciri dan bunyian yang membedakan mereka dengan band lainnya. Karakter yang mereka punyai terlalu kuat, dan lagu-lagu yang mereka buat tidak pernah asal-asalan. Tidak hanya keras, tapi juga penuh harmonisasi.


Tidak heran jika bagi dunia musik metal, mereka adalah ikon. Tapi bagi gue pribadi, mereka adalah ikon dari musik. Selesai.