Review pertama rasanya belum cukup, sekarang pengen review untuk kedua kali.
Siang (24/8) itu sangat terik, tapi promotor memang memaksa saya untuk mengantre. Bukan antre sembarangan, tapi antre penukaran tiket band metal legendaris, Metallica.
Siang (24/8) itu sangat terik, tapi promotor memang memaksa saya untuk mengantre. Bukan antre sembarangan, tapi antre penukaran tiket band metal legendaris, Metallica.
Total 3 jam saya habiskan untuk menunggu
antrian sebelum tiket akhirnya digenggam. Menunggu bukan hanya saat itu, tapi
besoknya pas hari H saya menunggu lagi. Kali ini menunggu di FX Mall Senayan sedari
siang hari hingga pintu dibuka pukul 17.00. Untungnya, kali ini saya ditemani
banyak teman dari berbagai lingkungan dan berbagai usia, biasanya saya
menonton konser rock atau metal sendirian karena sulit mencari teman bareng
yang punya selera sama. Ada dua teman kantor (salah satunya seorang ekspatriat)
yang usianya 5 tahun diatas, ada teman nongkrong yang masih kuliah, bahkan ada
seorang sepupu. Sebuah acara nongkrong dadakan lintas generasi dan lintas
bahasa.
Kami menghitamkan sebuah kedai
kopi, plus membisinginya sesekali dengan obrolan-obrolan musik metal. Sesekali
penampakan licin wanita-wanita metalhead berumur 30an juga menarik perhatian
kami semua yang alhamdulillah laki-laki normal. Nongkrong dadakan ini berhasil
mempersatukan orang-orang yang sebelumnya tidak saling kenal. Metallica memang luar
biasa.
Satu jam sebelum pintu dibuka,
kami sudah beranjak. Perut sudah diisi cukup makanan dan cairan, berjaga-jaga
jika konser selesai hingga larut malam (dan memang benar). Kebetulan kami semua
menonton di kelas festival. Sesampainya di venue,
kami langsung mencari spot favorit. Saya dan empat orang teman akhirnya memilih
tempat dekat sound engineer, meski agak jauh dari panggung, namun menurut salah
seorang teman disinilah spot paling pas. Tidak terlalu bising, dan masih bisa
melihat panggung dengan cukup jelas.
Seringai membuka konser dengan
garang. Lima lagu mereka mainkan, dimana saya tidak tahu satupun lagu mereka
(maafkan saya) dan menurut saya mereka fantastis. Satu lagu Ace of Spades dari
band Motorhead mereka bawakan di akhir performa. Saya sih tidak mendengar
celetukan “Turun!” di sekitar saya, tapi seorang teman bercerita jika di dekat
tempatnya berdiri, sekelompok orang meneriaki Seringai untuk turun. Ah, sebuah attitude bule-sentris yang menyedihkan.
Memang penampilan Metallica yang
ditunggu-tunggu. Saat check sound,
suara bass drum terasa hentakannya hingga ke dada, begitu pula suara gitar gahar
yang terus dimainkan di nada E mayor, menambah nuansa gelap dan garang. Memang berbeda
jauh dengan kualitas sound yang diperuntukkan bagi Seringai.
Konser akhirnya dimulai. Seketika,
lagu orkestrasi The Ecstasy of Gold terdengar megah dan big screen memunculkan
sebuah klip. Sorak-sorai menggemuruh, lagu perdana Hit The Lights yang kencang
digeber Hetfield cs dengan mulus, menjadikan head-banging masal. Belum sempat cooling down, Master of Puppets yang legendaris itu langsung
dimainkan. Mosh pit langsung
terbentuk dengan sendirinya, bahu bertemu bahu, adrenalin mencapai puncak.
Selanjutnya, beruntun mereka
memainkan lagu-lagu dari gabungan album Kill ‘Em All, Ride The Lightning , And
Justice For All dan Metallica (Black Album). Suasana menjadi syahdu saat nomor
legendaris One dan Nothing Else Matters dibawakan. Tapi, Metallica tidak
memberi waktu terlalu lama untuk cooling
down, karena kemudian berbagai hits dari album Ride The Lightning dan Kill ‘Em
All dibawakan, dengan Creeping Death dan Seek And Destroy sebagai penutup. Secara
keseluruhan, Metallica tampil nyaris tanpa cacat. Suara vokal tidak fals, sound
gitar dan bass terdengar pas, suara drum juga mantap. Energi yang terpancar
dari musisi-musisi yang sudah seusia om kita (50 tahunan) ini sangat besar, mungkin
lebih besar daripada anak-anak usia 20 tahunan jaman sekarang.
Saya tidak menghitung dengan
pasti berapa lagu yang mereka bawakan. Tapi durasi konser yang nyaris mencapai
dua setengah jam lebih sungguh memuaskan dahaga para pecinta musik metal akan
sebuah konser metal berkualitas. Hebatnya meski konser ini konser metal dan
penontonnya berjumlah diatas 50 ribuan, tapi keamanan sangat terkendali. Bisa dipahami
sih, yang menghadiri konser mayoritas sudah cukup berumur dan (no offense) mapan, jadi memang mereka
datang dengan tujuan ingin menikmati konser, bukan untuk cari ribut dan mabuk.
Bagi sebagian orang, 20 tahun
telah mereka habiskan menanti. Tepat tahun 1993, Metallica yang saat itu sedang
jaya-jayanya dengan album Black memang mengguncang Jakarta dalam arti
sebenarnya. Konser yang berlangsung di Stadion Lebak Bulus itu berlangsung
ricuh karena banyak penonton yang tidak kebagian tiket. Kericuhan itu konon
membuat Guns & Roses yang semula telah mengagendakan tur Jakarta
membatalkan niat mereka.
5 dari 5 orang yang saya tanyakan
pendapatnya tentang konser menjawab kurang lebih sama. Bagi mereka, konser
Metallica (25/8) adalah konser terbaik, termegah dan terhebat yang pernah
mereka saksikan. Catatan: 3 dari 5 orang teman saya itu bukan penggemar berat
Metallica. Bagi saya sendiri, ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Saya telah
mendengarkan lagu-lagu mereka sejak 15 tahun lalu, dan masih memajang poster mereka
di kamar sampai sekarang. Rasanya, uang sebesar 750 ribu rupiah plus
pegal-pegal di kaki dan tenggorokan yang gatal sama sekali tidak sia-sia. Metallica gives you heavy!