Rabu, 11 April 2012

#kelasmenengahngehe

Di twitter, hastag ini sering banget muncul nih, biasanya merefer pada golongan yang dikenal sebagai the middle class. Di Indonesia, jumlahnya 130 jutaan orang, means setengah dari penduduk Indonesia adalah para middle class. Lucunya, mereka yang menyebut orang lain adalah si #kelasmenengahngehe, sering gak sadar bahwa mereka adalah bagian dari kelas itu.

Banyaknya angka yang muncul sebagai kelas menengah itu sendiri karena pengklasifikasian kelas menengah yang cukup luas. Ada low-middle class, mid-middle class dan up-middle class. Coba deh apakah Anda termasuk:

Kepemilikan benda:

1.     Punya mobil, walaupun cicilan. Entah itu mobil sepuluh juta umat atau mobil yang hanya bisa bikin orang ngayal.
2.     Punya motor, lunas atau kreditan. Kebanyakan motor bebek soalnya enteng dipake di jalanan macet Jakarta. Lupakan motor gaya dan boros bensin.
3.     Punya rumah, juga cicilan. Atau lagi nabung buat beli rumah.
4.     Punya apartemen, cicilan dan kadang bersubsidi. Sebisa mungkin strategis dan dekat sama tempat kerja.
5.     Koleksi macam-macam. DVD original dan bajakan, punya komputer rakitan, punya laptop pribadi.
6.     Tidak lupa koleksi barang-barang hasil kreasi almarhum Steve Jobs.
7.     Blackberry itu wajib kayaknya, bbm itu gak tergantikan.
8.     HP CDMA juga perlu kadang-kadang.
9.     TV LCD, dan sekarang LED.
10.  Macam-macam barang rumah tangga dengan merk sama: Krisbow.
11.  Kartu kredit, kartu debet, kartu diskon, kartu anggota yang bikin dompet tebel.
12.  Tenda, pelampung, perahu karet, tabung oksigen dan safety equipment lainnya. Buat jaga-jaga kalo ada bencana alam, mengingat Jakarta cukup rentan.


Aktivitas:

1.     Dalam setahun minimal liburan ke Bali, Lombok, region Asia Tenggara, Australia atau Hong Kong. Dan kalau masih bujangan bisa nabung untuk ke Eropa atau Amerika. Terbersit pula keinginan Umroh.
2.     Minimal sekali sebulan makan steak, pasta, ramen atau makanan impor mahal lainnya yang seporsi diatas 50 ribu, bahkan diatas 100 ribu. Tidak kagok saat makan di fine-dining restaurant dan tidak asing dengan istilah aglio-olio.
3.     Dalam setahun minimal sekali nonton konser artis luar negeri. Diutamakan beli presale. Tetap gaul tanpa membobol kantong.
4.     Aktif belanja di midnite sale, garage sale, atau clearance sale supaya bisa mendapat barang bagus dengan harga miring. Gengsi sekaligus stabilitas kantong terjaga.
5.     Ke Ambas, Tanah Abang, Mangga Dua atau Cempaka Mas juga ok lah.
6.     Sesekali nonton timnas bola di GBK, lalu mencak-mencak di twitter dan mendadak ngerti bola saat timnas kalah.
7.     Bensin tetap pake premium, dan marah-marah begitu tau ada rencana kenaikan BBM. Yang pake shell atau pertamax cuma ketawa-ketawa aja.
8.     Menyumbang bencana alam lewat stasiun tv.
9.     Menyekolahkan anak di pre-school.
10.  Sekolah lagi. Ambil S2, program profesi atau sertifikasi.
11.  Belajar bahasa asing selain Inggris, atau tingkatkan bahasa Inggris.


Investasi:
1.     Minimal punya asuransi jiwa
2.     Banyak juga yang punya asuransi unit-link
3.     Punya reksadana atau saham blue chip
4.     Properti (kontrakan, ruko, apartemen) tapi tinggal tetap di sub-urban
5.     Emas


Punya second job:
1.     Menulis di kolom surat kabar atau media online
2.     Membuat buku
3.     Menjadi pembicara
4.     Jualan online
5.     Calo tanah


Keanggotaan/langganan:
1.     TV kabel
2.     Pusat kebugaran
3.     Internet standar
4.     Salon
5.     Klub-klub kendaraan atau klub profesi dan ikatan alumni
6.     Dokter gigi, sekalian nanya-nanya pasang behel abis berapa
7.     Dokter muka, eh maksudnya perawatan kulit muka
8.     Bengkel
9.     Toko buku
10.  Tempat nongkrong favorit


Bacaan:
1.     Buku-buku pengelolaan keuangan. Gimana mempertahankan dan meningkatkan kekayaan.
2.     Majalah kesehatan dan gaya hidup. Biar tetep gaya.
3.     Artikel parenting.
4.     Berita bola, pengen tau kenapa PSSI kacau.
5.     Berita politik, biar gak dibohongi lagi sama politisi, apalagi menjelang pemilu dan pilkada.
6.     Buku-buku agama, biar tetep mawas diri.
7.     Buku-buku pengetahuan umum dan sejarah, supaya nambah pengetahuan.
8.     Berita teknologi dan gadget, biar update dan tau kalo bakal ada iPad 3, 4 dan seterusnya.


Dan seterusnya. Dan sejenisnya.


Silahkan definisikan sendiri, yang mana yang low, mid, atau upper middle class. Anda berada dimana. Dan sebagai manusia yang memiliki ambisi dan semangat, Anda tentu ingin naik kelas. Tapi, apakah kenaikan "kelas" ekonomi Anda akan membuat Anda juga naik "kelas" sebagai pribadi dan manusia?


Coba evaluasi, mana yang sudah Anda punya, mana yang belum. Saya yakin lebih banyak yang sudah punya daripada yang belum punya. Jika belum punya, pasti Anda akan bisa memilikinya cepat atau lambat.


Mana yang Anda butuhkan, mana yang sekedar ikut-ikutan. Saya percaya, Anda membeli yang Anda butuhkan karena Anda adalah konsumen cerdas. Anda tidak mungkin membeli iPad warna putih, hanya karena Anda punyanya yang hitam. Anda tau harga, tau manfaat, tau dimana dan kapan membelinya.


Dan yang paling penting: mana yang bermanfaat hanya bagi diri dan keluarga sendiri, mana yang bermanfaat buat orang lain dan lingkungan sekitar. Saya yakin Anda juga gak pernah lupa beramal dan berzakat. Tapi, apakah kita beramal dan berzakat sudah sesuai kewajiban? Atau hanya beramal dan berzakat sesuai uang sisa yang ada di kantong celana atau di sela-sela dashboard pintu mobil? Saya percaya Anda paham ilmu agama masing-masing dan juga mengamalkannya.


Ini bakal mendefinisikan hidup Anda. Untuk siapa, untuk apa Anda berjuang. Apa yang Anda inginkan, bagaimana cara meraihnya, bagaimana mempertahankannya. Saya yakin Anda lebih baik daripada semua ini. Saya yakin Anda semua bisa berkontribusi.


Jika para middle class bisa lebih berbagi dan berkontribusi, tentu negara ini akan semakin kuat. Middle class dengan daya beli tinggi, visi kedepan dan kemampuan ekonomi yang kuat akan makin kuat lagi jika bersatu dan tidak individualis. Jangan mau jadi si #kelasmenengahngehe yang maunya cuma senang-senang dan enak sendiri tanpa peduli nasib orang lain. Anda bisa jadi kelas menengah yang bermanfaat.


Saya tadi mendapat sebuah Broadcast Message yang bagus dari seorang teman. Ini beneran bagus, padahal biasanya pesan warna ungu semacam ini langsung saya hapus.

Isinya adalah: "Anda keluar rumah pagi hari menuju tempat kerja, menyetop taksi dan menyapa hangat si supir taksi. Supir taksi juga balik menyapa hangat, lalu mengemudi dengan tenang dan nyaman. Karena Anda merasa nyaman, Anda memberi tip kepada supir taksi. Argo menunjukkan dibawah 15 ribu, Anda memberi 20 ribu dan meminta supir taksi menyimpan kembaliannya.

Sang supir jadi punya uang lebih untuk sarapan, dia menambah satu lauk berupa ayam goreng karena tip Anda. Supir taksi juga memberi tip dua ribu rupiah kepada Ibu penjual sarapan. Ibu penjual sarapan memberi uang saku tambahan seribu rupiah kepada anaknya karena pemberian supir taksi tadi.

Si anak jadi bisa membeli bekal lebih berupa dua buah roti karena uang saku tambahan, dan bisa memberi sebuah roti diantaranya itu kepada temannya yang tidak membawa bekal."

Itu hanyalah contoh sederhana sebuah siklus kebaikan yang berawal dari selembar uang dua puluh ribu rupiah. Bayangkan apa yang bisa dimanfaatkan jika jumlahnya anda lipatkan 1000 kalinya. Satu kebaikan bisa terus bergulir dan terus memberikan manfaat. Satu tindakan kebaikan yang Anda lakukan akan membawa dampak kepada orang lain. Sebaliknya, satu keburukan yang Anda lakukan, bisa berakibat buruk juga bagi orang lain. Anda tentu sudah terlalu familiar dengan korupsi dan bagaimana dampaknya bagi bangsa ini.


Semangat!