Andibachtiar Yusuf, atau dikenal dengan nama panggilan Ucup, seorang sutradara film dan penggemar fanatik sepak bola, baru saja merampungkan bukunya yang berjudul Menjadi Indonesia.
Tanpa bermaksud jadi spoiler, salah satu dari kumpulan esai pendek itu berisi
tentang pengalamannya membandingkan penanganan kehilangan barang antara di
Indonesia dengan negara-negara yang lebih maju dan teratur seperti Jepang.
Ucup menceritakan bahwa jika kita kehilangan barang saat
berada di negara Jepang, maka kita tidak perlu khawatir karena kemungkinan besar
bahwa barang kita itu akan kembali secara utuh. Saya juga pernah mendengar
cerita dari teman yang lain yang juga pernah mengunjungi negeri Matahari Terbit itu. Ia pernah melihat sebuah ponsel yang tergeletak begitu saja di pinggir jalan tanpa ada seorangpun yang berani menyentuhnya. Jangankan ngambil, megang aja
enggak! Lalu menurut informasi yang dia dapat dari orang-orang, ponsel berjenis iphone itu nantinya akan diambil kembali oleh pemiliknya, karena ia akan mudah saja melacak melalui aplikasi pelacak ponsel hilang. Selain itu, CCTV juga ada di mana-mana, dan jika Anda nekat mengambil iphone itu, maka siap-siap saja diciduk polisi.
Meski demikian, orang-orang Jepang ini tentu saja sudah tahu bahwa mengambil yang bukan haknya adalah kejahatan. Dan tanpa adanya ancaman penangkapan, mereka sudah tahu kalau iphone itu bukanlah miliknya, jadi mereka tidak akan mengambil. Itulah keteraturan, dan begitulah ciri sebuah negara yang beradab.
Tentu sulit membandingkan negara-negara maju itu dengan
Indonesia. Malah bisa jadi sepuluh jilid buku sendiri untuk itu. Tapi ya memang
benar, di sini tuh memang harus ekstra waspada. Semenit saya barang kita
tinggal tanpa pengawasan, maka sudah berpindah tangan secepat kilat. Saya sendiri
sering mendengar cerita tentang hilangnya ponsel teman saya akibat dia kelupaan
meninggalkannya di toilet kantor. Padahal, toiletnya ada di kantor, bukan di
tempat umum.
Sementara saya juga pernah mendapatkan pengalaman yang tidak
kalah ngenes. Ketika sedang terburu-buru, saya melupakan ponsel yang saya tinggal di atas
mesin ATM di sebuah minimarket modern di Depok, dekat dengan rumah saya.
Sepuluh menit setelah saya menyadari, ponsel itu sudah raib, dan ketika saya
lacak melalui aplikasi, ponsel telah berpindah 10 km ke arah Ragunan! Hebatnya
lagi, mas-mas petugas minimarket yang saya minta tolong untuk mengakses CCTV,
kerjanya sungguh lambat luar biasa. Dia meminta izin kepada saya untuk mengecek
komputer CCTV dari dalam kantor, lalu kembali ke saya 30 menit kemudian hanya
untuk mengabarkan bahwa ia tidak bisa memutar balik (rewind) CCTV karena ia lupa password! Kompetensi dan komitmen mas-mas ini betul-betul tiada banding! Benar-benar layak dihadiahi penghargaan sebagai karyawan teladan seumur hidup, dan benar-benar layak tampil di TV nasional untuk menerima hadiah sepeda dari bapak presiden!
Sebetulnya dia menawarkan bantuan lain, yaitu mengakses
lewat CCTV yang ada di mesin ATM, tapi dia langsung membeberkan berbagai keruwetan
khas birokrasi, yang mana saya harus mengisi Berita Acara ini-itu, melapor
kepada si itu dan si anu. Apa saja ia katakan untuk membuat saya mengurungkan
niat. Hebat betul, kan?
Ya, saya memang akhirnya mengurungkan niat, dan si mas-mas itu akan melanjutkan hidup dengan membawa serta keteladanannya dalam bekerja, sambil mengunyahi produk mecin, menenggak multivitamin berkarbonasi satu pak sehari, dan memberi komentar cerdas pada artikel politik di Facebook.
Selain karena ponsel yang hilang itu bukan jenis iphone yang mahalnya naudzubillah, saya juga telah memblok data-data ponsel saya, termasuk melakukan reset password semua akun media sosial yang saya punya. Tidak lupa, saya pun mengikhlaskan kehilangan ini sembari berharap si maling mendapatkan hidayah karena bela-belain segitunya ngambil ponsel yang harganya sungguh tidak seberapa!
Selain karena ponsel yang hilang itu bukan jenis iphone yang mahalnya naudzubillah, saya juga telah memblok data-data ponsel saya, termasuk melakukan reset password semua akun media sosial yang saya punya. Tidak lupa, saya pun mengikhlaskan kehilangan ini sembari berharap si maling mendapatkan hidayah karena bela-belain segitunya ngambil ponsel yang harganya sungguh tidak seberapa!
Tapi tetap saja, ini menunjukkan sisi bobrok kelakuan
rakyat yang suka maling dan gak jujur, karyawan toko yang gak kompeten dan gak
mau susah, dan segala perangkat keamanan yang hanya jadi pajangan.
Jangan pula berharap banyak pada sistem yang ada, karena biasanya cuma pajangan doang.
Saya tidak bilang tidak ada orang seperti itu di Indonesia ya, tidak maksud melakukan generalisasi. Hanya saja sangat jarang.