Malam itu, aktivitas saya dengan
ponsel tidak seperti biasa. Jika biasanya ponsel relatif lebih sepi di malam
hari, saat itu ponsel saya dibanjiri pesan yang saling berbalas di sebuah grup
teman sekolah yang anggotanya memang sengaja diperuntukkan bagi cowok. Biasanya
saya pasif di grup percakapan, tapi karena pada saat itu
topik yang dibahas sungguh menarik, maka saya turut nimbrung.
Apa yang dibicarakan sampai
sebegitu serunya? Peluang bisnis? Politik? Sepak bola? Otomotif? Bukan. Ternyata kami sedang
membicarakan kenangan-kenangan lucu perihal percintaan di masa sekolah.
Pemicunya adalah olok-olok kami kepada salah satu teman yang sampai
sekarang masih menjomblo (grup kami berisi mayoritas bapak-bapak yang sudah
menikah).
Entah kenapa, dunia memang kejam terhadap kaum jomblo. Ketika salah seorang
teman iseng mencela si jomblo, lalu mencoba menjodohkannya dengan cewek jomblo cantik
yang juga satu almamater, tiba-tiba semua ikut nimbrung. “Elo kenapa gak coba
deketin si A aja sih? Kan dia belum nikah juga tuh,” ujar salah seorang teman,
yang kemudian ditanggapi oleh yang lain. Si korban bully pun pasrah.
Untungnya, dia menanggapinya dengan santai. Ya namanya juga cowok, masa sih
harus sensitif? Ya, walaupun pasti lah percakapan seperti ini bikin dia mikir. Hehehe.
Maaf ya, kawan. Komedi memang beda tipis dengan tragedi, ya?
Tema cewek cantik dari almamater sekolah ini dengan mudah diputar-putar,
dipelintir-pelintir, diselingi postingan foto-foto jaman dulu, lalu
disambung-sambungkan dengan cerita lain dari masing-masing orang. Si ini dulu
naksir si itu, si ini ditolak si itu, si ini pacaran jarak jauh dengan si itu.
Dari pembicaraan ini juga terungkap beberapa kisah
terpendam. Si B misalnya, dibocorin rahasianya sama si C bahwa dia pernah
naksir sama si R. Atau si D yang pernah nikung si G, atau si F yang pacaran
sama mantan pacarnya si S. Dan sejenisnya. Dan sebagainya. Karena kisah ini
sudah lama berlalu, dan masing-masing kita juga sudah melanjutkan hidup, semua celoteh ditanggapi dengan tawa lepas. Ya tidak lepas sih,
namanya juga cuma chat dari ponsel, tidak bertemu langsung. Masing-masing istri pasti heran dengan tingkah kami saat itu yang cekikikan
sendiri memandangi layar ponsel.
Pembahasan tentang kenangan memang selalu menggugah. Seberapa pahit
dan getirnya selalu bisa ditanggapi dengan tawa. Jika mau berbesar hati, memang
kenangan bukan untuk ditangisi. Yang namanya kenangan, memang tidak bisa terhapus
walaupun kita sudah tidak berada di tempat yang sama, di kelas yang sama. Walaupun
status kita sudah berubah dari pelajar menjadi pejabat, pengusaha, atau
karyawan biasa.
Kalo buat saya sih, kenangan-kenangan saat kita masih sekolah seperti itu
memang berguna untuk mewarnai hidup sehari-hari kini yang sudah disibukkan
dengan berbagai persoalan besar dan pelik. Membahas kenangan masa lampau memang
menyenangkan, selama memang tidak terus-terusan hingga lupa
sama kenyataan hidup. Ya bagaimana bisa lupa, tiba-tiba waktu sudah menunjukkan
jam 11 malam. Baru ingat kalau besoknya sudah harus bekerja kembali.