Senin, 04 Januari 2016

Tentang Kenangan dan Cewek Tercantik Se-Almamater

Malam itu, aktivitas saya dengan ponsel tidak seperti biasa. Jika biasanya ponsel relatif lebih sepi di malam hari, saat itu ponsel saya dibanjiri pesan yang saling berbalas di sebuah grup teman sekolah yang anggotanya memang sengaja diperuntukkan bagi cowok. Biasanya saya pasif di grup percakapan, tapi karena pada saat itu topik yang dibahas sungguh menarik, maka saya turut nimbrung.

Apa yang dibicarakan sampai sebegitu serunya? Peluang bisnis? Politik? Sepak bola? Otomotif? Bukan. Ternyata kami sedang membicarakan kenangan-kenangan lucu perihal percintaan di masa sekolah. Pemicunya adalah olok-olok kami kepada salah satu teman yang sampai sekarang masih menjomblo (grup kami berisi mayoritas bapak-bapak yang sudah menikah).

Entah kenapa, dunia memang kejam terhadap kaum jomblo. Ketika salah seorang teman iseng mencela si jomblo, lalu mencoba menjodohkannya dengan cewek jomblo cantik yang juga satu almamater, tiba-tiba semua ikut nimbrung. “Elo kenapa gak coba deketin si A aja sih? Kan dia belum nikah juga tuh,” ujar salah seorang teman, yang kemudian ditanggapi oleh yang lain. Si korban bully pun pasrah.

Untungnya, dia menanggapinya dengan santai. Ya namanya juga cowok, masa sih harus sensitif? Ya, walaupun pasti lah percakapan seperti ini bikin dia mikir. Hehehe. Maaf ya, kawan. Komedi memang beda tipis dengan tragedi, ya?

Tema cewek cantik dari almamater sekolah ini dengan mudah diputar-putar, dipelintir-pelintir, diselingi postingan foto-foto jaman dulu, lalu disambung-sambungkan dengan cerita lain dari masing-masing orang. Si ini dulu naksir si itu, si ini ditolak si itu, si ini pacaran jarak jauh dengan si itu.

Dari pembicaraan ini juga terungkap beberapa kisah terpendam. Si B misalnya, dibocorin rahasianya sama si C bahwa dia pernah naksir sama si R. Atau si D yang pernah nikung si G, atau si F yang pacaran sama mantan pacarnya si S. Dan sejenisnya. Dan sebagainya. Karena kisah ini sudah lama berlalu, dan masing-masing kita juga sudah melanjutkan hidup, semua celoteh ditanggapi dengan tawa lepas. Ya tidak lepas sih, namanya juga cuma chat dari ponsel, tidak bertemu langsung. Masing-masing istri pasti heran dengan tingkah kami saat itu yang cekikikan sendiri memandangi layar ponsel.

Pembahasan tentang kenangan memang selalu menggugah. Seberapa pahit dan getirnya selalu bisa ditanggapi dengan tawa. Jika mau berbesar hati, memang kenangan bukan untuk ditangisi. Yang namanya kenangan, memang tidak bisa terhapus walaupun kita sudah tidak berada di tempat yang sama, di kelas yang sama. Walaupun status kita sudah berubah dari pelajar menjadi pejabat, pengusaha, atau karyawan biasa.

Kalo buat saya sih, kenangan-kenangan saat kita masih sekolah seperti itu memang berguna untuk mewarnai hidup sehari-hari kini yang sudah disibukkan dengan berbagai persoalan besar dan pelik. Membahas kenangan masa lampau memang menyenangkan, selama memang tidak terus-terusan hingga lupa sama kenyataan hidup. Ya bagaimana bisa lupa, tiba-tiba waktu sudah menunjukkan jam 11 malam. Baru ingat kalau besoknya sudah harus bekerja kembali.

Selamat kembali kepada realita, kawan!