Jumat, 25 Oktober 2013

Sekali Bantai, Dua Spesies Besar Terancam Punah

Saya bukanlah seorang science enthusiast. Walaupun di SMA dulu menghuni kelas 3 IPA, tapi itu hanyalah siasat agar pemilihan jurusan saat kuliah nantinya bisa lebih fleksibel. Anyway, bukan itu yang hendak saya bicarakan.

Secuek-cueknya pelajar pun pasti mengetahui apakah itu rantai makanan. Tuhan telah menciptakannya sedari dulu, bahkan sebelum manusia diciptakan. Dengan berjalannya rantai makanan, maka berjalan pula keseimbangan alam, dan berlanjut pula kehidupan.

Namun manusia memang terkadang terlalu kreatif, rakus, egois dan tidak berhati nurani. Kehadiran manusia memang menjadi salah satu alasan terbesar mengapa alam semakin rusak. Di negara manapun juga seperti itu, meskipun sudah banyak negara-negara yang lebih beradab.

Salah satu kekayaan alam yang paling banyak dirusak manusia adalah kekayaan laut. Sudah sering dicemari dengan sampah, terumbu karang di bom, ikan-ikan juga ditangkapi seenaknya.

Eh ntar dulu, saya juga bukan aktivis pecinta lingkungan yang sedang berkampanye. Memang tidak ada yang salah dari menangkap ikan. Mungkin saja aktivitas ini telah dilakukan sejak jaman manusia purba bernama latin yang sulit diingat itu. Ikan untuk makanan manusia juga sangat berlimpah ruah, dan tidak ada yang salah dari penangkapan ikan yang memang untuk tujuan dikonsumsi oleh manusia.

Namun akan menjadi masalah jika ikan yang ditangkapi adalah ikan yang berjumlah lebih sedikit daripada jumlah ikan yang ditangkapi untuk dikonsumsi, misalnya ikan hiu dan ikan lumba-lumba. Mungkin terlalu besar penghayatan mereka pada pemeo “Masih banyak ikan di laut” hingga mereka berpikir sebanyak apapun ikan mereka tangkap, ketersediaan ikan tetap akan terjaga. Apalagi mereka yang berpikir “Ah gue hanya nangkap 10 ekor kok, sementara jumlah ikan ada jutaan bahkan ratusan juta ekor.”

Yaelah bro, jika pemikiran lo ditiru 1000 orang dan pekerjaan itu lo lakukan selama 20 tahun, coba tuh hitung berapa banyak ikan yang bakal ludes?

Sayangnya, kerusakan ini memang telah berlangsung lama. Indonesia bersama India telah ditahbiskan sebagai negara dengan jumlah penangkapan hiu terbesar di dunia. Kekayaan biota laut yang dimiliki Indonesia memang menyimpan miliaran pesona yang seakan tiada habis, sirip hiu yang berharga mahal untuk dikonsumsi sebagai obat juga sayang untuk dilewatkan para manusia yang lapar dan tamak namun tidak peduli pada lingkungan.

Hiu adalah hewan yang berada pada ujung rantai makanan, sebelum pengurai. Berkurangnya populasi hiu secara drastis akan otomatis mengurangi jumlah pemangsa ikan-ikan besar yang merupakan pemangsa ikan-ikan yang dapat dikonsumsi manusia. Pendek kata, populasi hiu yang berkurang akan merusak rantai makanan, dan akan mempengaruhi ketersediaan makanan bagi manusia juga. Sekarang sih belum seberapa terasa efeknya, tapi bagaimana 50 tahun lagi?

Namun ini baru permulaan. Cerita memilukan selanjutnya datang dari perairan Lampung, dimana banyak nelayan yang turut membunuh ikan lumba-lumba untuk dijadikannya umpan dalam menangkap ikan hiu. Satu aktivitas, dua spesies besar terancam punah.

Jadi, masih doyan sup sirip hiu?