Senin, 03 Juni 2013

John D. Rockefeller

Lain halnya dengan Andrew Carnegie, John D. Rockefeller adalah seorang American Builder yang seperti tidak memiliki batasan. Orang jaman sekarang menyebutnya kelompok orang dengan ambisi ‘sky-limit income’.

Rockefeller, seperti Carnegie, juga seorang American Builder yang membangun negeri ini melalui industri besar yang ia rintis.  Rockefeller juga bukanlah seseorang yang sudah kaya sejak lahir. Ayahnya hanya pedagang kecil. Seperti memang sudah hukum alam, kerja keras dan ambisi adalah sahabat dari kesuksesan. Dan kesuksesan adalah sahabat dari kekayaan. Dan, bagi banyak orang di dunia ini, kekayaan adalah sahabat kebahagiaan.

Rockefeller yang lahir tahun 1839 dikenal namanya sebagai juragan minyak terkaya sepanjang sejarah, bahkan jika dilihat lebih luas lagi, dialah manusia terkaya di dunia. Jika Bill Gates memiliki kekayaan sebanyak 60 miliar US Dollar, maka Rockefeller hanya memiliki 1,4 miliar US Dollar. Tapi, 1,4 miliar US Dollar pada era Rockefeller adalah setara dengan 300 miliar US Dollar, atau kurang lebih 5 kali lipat dari kekayaan Bill Gates sekarang.

Rockefeller sejak usia 16 tahun sudah bekerja sebagai tenaga administrasi di sebuah kantor di Cleveland. Kerja keras dan tidak memboroskan uang adalah karakter khas Rockefeller sejak kecil. Berkat hal tersebut, karirnya terus meningkat dan tentunya gajinya juga meningkat. Jiwa enterpreneur membuatnya tidak puas hanya sebagai pekerja. Ia ingin menjadi pemilik. Dari keinginan itulah segala pencariannya dimulai.

Minyak adalah komoditas yang paling banyak dicari dan diperebutkan orang. Banyak negara berperang karenanya, banyak orang mati karena menjadi korbannya. Dan Rockefeller adalah salah satu yang menjadi kaya raya karenanya. Memulai penambangan kecil-kecilannya di Cleveland yang ia namai dengan Excelsior Work, Rockefeller kemudian menemukan bahwa usahanya terhambat oleh biaya transportasi dan penyimpanan yang mahal. Saat itu, kereta api masih menjadi satu-satunya alat transportasi yang efisien untuk mendistribusi minyak. Untuk penyimpanannya, dibutuhkan banyak tong-tong besar yang juga berharga mahal.

Rockefeller dengan cepat menyadari masalah itu. Seperti para pengusaha sukses lainnya, ia berpikir untuk menguasai lini bisnisnya dari hulu ke hilir. Dari produksi hingga distribusi, termasuk melibas perusahaan kompetitor yang akan menyulitkannya. Ia kemudian merekrut Henry Flager, seseorang dengan kedekatan orang-orang di perusahaan kereta api untuk memperoleh diskon. Usahanya berhasil, bahkan lalu ia membeli gerbong-gerbong kereta api sendiri. Tidak hanya itu, ia juga membuat tong penyimpanan minyak sendiri. Dengan demikian, ia sukses menekan biaya usahanya.

Dengan kegigihan, kekerasan hati dan juga kekejaman dan kelicikan, Rockefeller terus mengembangkan bisnis minyaknya. Pada tahun 1870, ia membuat perusahaan kilang minyak pertamanya, Standard Works. Setelah menggabungkan Standard Works dan Excelsior Works, lahirlah perusahaan yang kelak menjadikannya kaya, Standard Oil.

Rockefeller juga bukan orang yang cepat puas. Ambisinya adalah menguasai seluruh negeri, dan hal itu membuatnya tertarik melirik industri baja yang dikuasai industrialis lainnya, Andrew Carnegie. Saya telah jelaskan kisah Rockefeller-Carnegie dalam tulisan sebelumnya. Intinya, dengan kenekatan dan keuletannya, Rockefeller bahkan mampu menghajar Carnegie di bidang baja, bidang yang dikuasainya. Rockefeller seolah mengajarkan bahwa ketamakan haruslah tiada batas, tidak tanggung-tanggung. Ia juga memberlakukan sistem pengelolaan usaha yang kini dikenal sebagai perwalian atau trust. Saya akan coba jelaskan mengenai trust dalam tulisan berikutnya.

Kekayaan Rockefeller yang tidak selalu ia dapati dengan cara yang lurus memang membuatnya memiliki banyak musuh. Banyak yang menganggap ketamakan membuatnya melakukan segala cara untuk menggulingkan kompetitornya, bahkan dengan cara-cara yang tidak sesuai etika. Dikatakan dalam website History Channel, Rockefeller melakukan praktek-praktek seperti menyuap karyawan kompetitor untuk menjadi mata-matanya, membuat perjanjian rahasia, membajak karyawan kompetitor untuk bergabung dengan ancaman, dan lainnya. Ia dituduh mengumpulkan kekayaan dengan cara menghancurkan orang lain.

Presiden Amerika Serikat saat itu, Theodore ‘Teddy’ Roosevelt adalah seorang nasionalis yang sangat menentang praktek trust atau monopoli. Dimata Teddy, monopoli adalah praktek bisnis yang tidak sehat yang semata-mata hanya memperkaya sedikit orang, mengganggu dunia usaha, juga mengakibatkan upah buruh menjadi sangat rendah. Agak sulit menemukan sosok berani seperti Teddy di era sekarang.

Teddy memperkarakan Rockefeller ke pengadilan. Dan benar saja, Rockefeller kemudian dipaksa untuk melepas atau menjual sebagian dari usahanya tersebut. Sherman Act disahkan tahun 1880 oleh Kongres dalam rangka pelarangan monopoli. Setelah bertahun-tahun berkutat di litigasi, tahun 1911 Standard Oil terpecah menjadi 30 perusahaan baru.

Bagaimanapun, hal itu tidak menghalangi sepak terjang Rockefeller. Ia bahkan mencapai suatu hal yang melebihi banyak orang dalam hal menyumbang kekayaan. Kontribusi filantropi Rockefeller bahkan melebihi yang disumbangkan Carnegie. Jika industrialis baja itu total menyumbangkan 350 juta US Dollar, maka Rockefeller menyumbang 500 juta. Terlepas dari caranya membangun kerajaan korporasi, kekayaan yang ia sumbangkan sangat berharga bagi dunia medis dan pendidikan.

Bagaimana kita menilai sosok ini adalah tergantung dari perspektif mana kita memandang.