Rockefeller,
seperti Carnegie, juga seorang American Builder yang membangun negeri ini
melalui industri besar yang ia rintis. Rockefeller
juga bukanlah seseorang yang sudah kaya sejak lahir. Ayahnya hanya pedagang
kecil. Seperti memang sudah hukum alam, kerja keras dan ambisi adalah sahabat
dari kesuksesan. Dan kesuksesan adalah sahabat dari kekayaan. Dan, bagi banyak
orang di dunia ini, kekayaan adalah sahabat kebahagiaan.
Rockefeller yang
lahir tahun 1839 dikenal namanya sebagai juragan minyak terkaya sepanjang sejarah,
bahkan jika dilihat lebih luas lagi, dialah manusia terkaya di dunia. Jika Bill
Gates memiliki kekayaan sebanyak 60 miliar US Dollar, maka Rockefeller hanya
memiliki 1,4 miliar US Dollar. Tapi, 1,4 miliar US Dollar pada era Rockefeller
adalah setara dengan 300 miliar US Dollar, atau kurang lebih 5 kali lipat dari
kekayaan Bill Gates sekarang.
Rockefeller sejak
usia 16 tahun sudah bekerja sebagai tenaga administrasi di sebuah kantor di
Cleveland. Kerja keras dan tidak memboroskan uang adalah karakter khas
Rockefeller sejak kecil. Berkat hal tersebut, karirnya terus meningkat dan
tentunya gajinya juga meningkat. Jiwa enterpreneur membuatnya tidak puas hanya
sebagai pekerja. Ia ingin menjadi pemilik. Dari keinginan itulah segala
pencariannya dimulai.
Minyak adalah
komoditas yang paling banyak dicari dan diperebutkan orang. Banyak negara berperang
karenanya, banyak orang mati karena menjadi korbannya. Dan Rockefeller adalah
salah satu yang menjadi kaya raya karenanya. Memulai penambangan
kecil-kecilannya di Cleveland yang ia namai dengan Excelsior Work, Rockefeller
kemudian menemukan bahwa usahanya terhambat oleh biaya transportasi dan
penyimpanan yang mahal. Saat itu, kereta api masih menjadi satu-satunya alat
transportasi yang efisien untuk mendistribusi minyak. Untuk penyimpanannya,
dibutuhkan banyak tong-tong besar yang juga berharga mahal.
Rockefeller dengan
cepat menyadari masalah itu. Seperti para pengusaha sukses lainnya, ia berpikir
untuk menguasai lini bisnisnya dari hulu ke hilir. Dari produksi hingga
distribusi, termasuk melibas perusahaan kompetitor yang akan menyulitkannya. Ia
kemudian merekrut Henry Flager, seseorang dengan kedekatan orang-orang di
perusahaan kereta api untuk memperoleh diskon. Usahanya berhasil, bahkan lalu
ia membeli gerbong-gerbong kereta api sendiri. Tidak hanya itu, ia juga membuat
tong penyimpanan minyak sendiri. Dengan demikian, ia sukses menekan biaya
usahanya.
Dengan kegigihan,
kekerasan hati dan juga kekejaman dan kelicikan, Rockefeller terus
mengembangkan bisnis minyaknya. Pada tahun 1870, ia membuat perusahaan kilang
minyak pertamanya, Standard Works. Setelah menggabungkan Standard Works dan
Excelsior Works, lahirlah perusahaan yang kelak menjadikannya kaya, Standard
Oil.
Rockefeller juga
bukan orang yang cepat puas. Ambisinya adalah menguasai seluruh negeri, dan hal
itu membuatnya tertarik melirik industri baja yang dikuasai industrialis
lainnya, Andrew Carnegie. Saya telah jelaskan kisah Rockefeller-Carnegie dalam
tulisan sebelumnya. Intinya, dengan kenekatan dan keuletannya, Rockefeller
bahkan mampu menghajar Carnegie di bidang baja, bidang yang dikuasainya. Rockefeller
seolah mengajarkan bahwa ketamakan haruslah tiada batas, tidak
tanggung-tanggung. Ia juga memberlakukan sistem pengelolaan usaha yang kini
dikenal sebagai perwalian atau trust. Saya akan coba jelaskan mengenai trust
dalam tulisan berikutnya.
Kekayaan Rockefeller
yang tidak selalu ia dapati dengan cara yang lurus memang membuatnya memiliki
banyak musuh. Banyak yang menganggap ketamakan membuatnya melakukan segala cara
untuk menggulingkan kompetitornya, bahkan dengan cara-cara yang tidak sesuai
etika. Dikatakan dalam website History Channel, Rockefeller melakukan
praktek-praktek seperti menyuap karyawan kompetitor untuk menjadi mata-matanya,
membuat perjanjian rahasia, membajak karyawan kompetitor untuk bergabung dengan
ancaman, dan lainnya. Ia dituduh mengumpulkan kekayaan dengan cara
menghancurkan orang lain.
Presiden Amerika
Serikat saat itu, Theodore ‘Teddy’ Roosevelt adalah seorang nasionalis yang
sangat menentang praktek trust atau monopoli. Dimata Teddy, monopoli adalah praktek
bisnis yang tidak sehat yang semata-mata hanya memperkaya sedikit orang, mengganggu
dunia usaha, juga mengakibatkan upah buruh menjadi sangat rendah. Agak sulit
menemukan sosok berani seperti Teddy di era sekarang.
Teddy memperkarakan
Rockefeller ke pengadilan. Dan benar saja, Rockefeller kemudian dipaksa untuk
melepas atau menjual sebagian dari usahanya tersebut. Sherman Act disahkan tahun
1880 oleh Kongres dalam rangka pelarangan monopoli. Setelah bertahun-tahun
berkutat di litigasi, tahun 1911 Standard Oil terpecah menjadi 30 perusahaan
baru.
Bagaimanapun,
hal itu tidak menghalangi sepak terjang Rockefeller. Ia bahkan mencapai suatu
hal yang melebihi banyak orang dalam hal menyumbang kekayaan. Kontribusi filantropi
Rockefeller bahkan melebihi yang disumbangkan Carnegie. Jika industrialis baja
itu total menyumbangkan 350 juta US Dollar, maka Rockefeller menyumbang 500
juta. Terlepas dari caranya membangun kerajaan korporasi, kekayaan yang ia
sumbangkan sangat berharga bagi dunia medis dan pendidikan.
Bagaimana kita
menilai sosok ini adalah tergantung dari perspektif mana kita memandang.