Rabu, 05 Juni 2013

Fast & Furious 6, a movie review

Tanpa banyak bicara, Joe Taslim, aktor Indonesia yang namanya mencuat berkat peran apiknya di film The Raid akhirnya memasuki ranah Hollywood dengan turut membintangi film dengan profil tinggi, Fast & Furious. Bagi kita pemerhati dan penonton setia film, kehadiran Joe Taslim adalah motivasi ekstra untuk menonton film yang penuh dengan adegan mobil terbang ini, setidaknya agar kita terdengar update.

Joe Taslim ambil bagian dalam sebagian besar film, alias tidak muncul sebagai figuran. Ia memperlihatkan kemahiran bela diri yang tinggi, akting yang tidak kaku meski porsi dialog yang ia mainkan tidak sebanyak Vin Diesel atau Paul Walker, yang memang masih menjadi jagoan utama film ini.

F&F 6 sebenarnya tidak memberikan nuansa yang berbeda selain kehadiran seorang aktor Indonesia didalamnya. Setelah sekuel sebelumnya mereka mengacak-acak jalanan kota Rio De Janeiro, kini mereka mengambil latar kota sejuta CCTV, London. Mobil cepat, pertarungan tangan kosong dan senjata serta jagoan yang banyak tetaplah menjadi sesuatu yang dijual dari film ini.

Semakin lama, film ini seperti ingin membersihkan nama Dominic Toretto, yang semula selalu menjadi buronan polisi. Mereka menjadikan Toretto cs sebagai pemburu penjahat yang sesungguhnya bernama Owen Shaw, seorang mantan anggota tentara Amerika dengan spesialisasi kendaraan perang.

Tambahan drama, Letty, pacar dari Dom yang ‘sebelumnya’ mati, tiba-tiba muncul lagi dengan ingatan yang hilang dan berkomplot dengan Shaw. Ya, seperti yang sudah bisa ditebak, Letty kembali ke pelukan Dom. Absurd memang, karena Dom sudah memiliki pacar baru dari Brazil bernama Elena, seorang polisi dan juga seorang janda. Bagaimana sikap Elena selanjutnya hanya menambah keanehan cerita.

Family, La Famiglia, Keluarga. Itulah yang coba ditonjolkan oleh film ini, di luar adegan-adegan mobil cepat, mobil terbang, mobil meledak, mobil tergilas tank, cewek mobil dan mobil-mobil lainnya. Nilai keluarga yang diusung Dom memang unsur sentimental yang akan dengan mudah digali untuk mengaduk-aduk emosi dari penonton.

Drama kembali diletakkan dalam kematian. Ya, di tiap edisi film ini sepertinya selalu ada anggota yang mati. Seolah tercipta pola bahwa masing-masing anggota ‘keluarga’ ini akan mati satu persatu di setiap sekuelnya, dan hanya tinggal menyisakan Dom. Mungkin saja.

Melihat Jason Statham muncul di credit title, sudah jelas bahwa sekuel ketujuh film ini akan menghadirkan Statham sebagai villain. Menarik, karena selama ini kebanyakan Statham berperan sebagai jagoan. Tapi sebetulnya sekuel ketujuh ini adalah lanjutan dari sekuel ketiga. Coba aja tonton ulang sekuel ketiga yang judulnya Tokyo Drift ini.