Rabu, 12 September 2012

Andai saja mereka di sini



“Track them, then kill them all!”
Begitu kata Barney Ross kepada timnya sesaat setelah dia menguburkan Billy The Kid, anggota termuda dalam tim yang terbunuh dalam sebuah misi pengamanan kotak berisi peta penyimpanan plutonium yang hilang sejak era perang dingin.


Sederhana, namun menyelesaikan semua masalah yang ada. Itulah sepenggal adegan dari sekuel film kumpulan para jagoan tua yang sudah layak masuk museum, The Expendables 2. Film dengan alur cerita dan tema sederhana. Hanya serbu dan serang ditambah balas dendam. Itu saja.

Film ini seperti yang gue duga, kurang banyak menarik perhatian banyak orang, setidaknya orang-orang di sekeliling. Mereka umumnya berujar bahwa film garapan Sylvester Stallone (Penulis skenario sekaligus tokoh utama) itu tidak lebih dari film yang gak jelas, brainless, pointless dan meaningless. Penuh dengan kekerasan, kata-kata kotor dan orang-orang slengean.

Apakah semua hal di dunia ini harus punya makna dan tingkat intelegensia yang tinggi? Well, ada saatnya kita hanya butuh hal sederhana dan jauh dari drama dalam menyelesaikan suatu masalah. Di film berdurasi lebih dari dua jam ini, kumpulan tentara bayaran ini menegaskan bahwa kekerasan kadang diperlukan untuk menghilangkan kejahatan di muka bumi.

Gak usahlah menilai terlalu kritis soal efek di film yang lebih mirip game di Playstation 3. Jangan bosan pula lihat jagoan-jagoan yang kalau nembak selalu kena, sementara mereka gak pernah kena tembak, jangan bosan juga lihat dialog-dialog yang kadang rada garing dan gak bermakna, dan sangat gak elok melihat Chuck Norris, Stallone, Arnold Schwarzenegger dan Bruce Willis beraksi bersama menghadapi musuh-musuh yang biasanya mampu mereka habisi sendiri dalam film-film mereka. Daripada sibuk mencela kekurangan dari segi plot maupun teknis film, lebih baik cermati dan kagumi saja ilmu beladiri Jason Statham dan tendangan-tendangan tae-kwondo khas Jean-Claude Van Damme, karena inilah yang memang layak ‘dijual’ dari film ini.

Di sini, semua persoalan diselesaikan bukan dengan dialog ataupun diskusi yang menguras emosi dan air mata. Disini, semua diselesaikan dengan peluru, pisau, kepalan tangan, tendangan, bantingan dan segala yang membuat badan manusia remuk. Inilah film action. Ini hanya untuk hiburan semata. 

Gue lantas berpikir jika tim pimpinan Barney Ross benar-benar ada, lalu mereka disewa oleh orang baik dan tajir Indonesia untuk memberi pelajaran bagi para koruptor disini. Mereka cocok sekali disewa untuk membantai para koruptor itu hingga ke akar-akarnya. Permasalahan di Indonesia rasanya sudah tidak bisa lagi diselesaikan dengan hukum yang berlaku, dengan para penegak hukum dan penuntut yang sudah terbawa korup. Para penjahat di sini memang harus dilenyapkan dari muka bumi.

Di sekuel selanjutnya, Stallone perlu mempertimbangkan untuk ambil lokasi di Indonesia.