Rabu, 01 November 2017

Ayam Saus Coklat dan Makin Ngawurnya Kuliner Jaman Now

Rasanya belum beberapa hari sebuah pengumuman dibuat oleh salah satu restoran waralaba terkenal dari sebuah negara maju. Bahwa mereka, yang mengklaim sebagai pemilik asli resep ayam goreng tepung garing ini mengeluarkan varian saus baru. Setelah varian saus keju cair mereka keluarkan sekitar tahun lalu (dan menurut saya sih fail), kini mereka--seolah tidak kapok--malah mengeluarkan saus dengan rasa coklat.

Ya, coklat. Rasa manis bercampur gurih dan sedikit pahit khas coklat cair ini akan berpadu dengan rasa gurih, asin, garing, dan tekstur basah karena rendaman minyak goreng yang menjadi khas dari ayam goreng tepung ini. Buat gue sih, membayangkannya saja sudah bikin bergidik. Walaupun kemudian setelah banyak yang mencoba, coklat itu tidak berasa manis, tetapi pedas seperti layaknya saus sambal.

Memang sudah banyak jenis kuliner yang jelas-jelas menyalahi pakem dan "kodrat". Mulai dari martabak yang diberi topping macam-macam, sate ayam yang asin, keju yang menjadi bahan dasar kue bolu (bukannya pelengkap), hingga mie instan yang dibuat dengan rasa macam-macam telah mewarnai khazanah kuliner jaman now yang unik sekaligus nyeleneh.

Sesuai dengan pola pikir out of the box ala Generasi Millenial, Generasi Z hingga kids jaman now, sekarang udah gak jamannya lagi menjadikan bahan terenak dari makanan sebagai pelengkap. Dulunya keju atau coklat menjadi pelengkap kue dengan bahan adonan yang cenderung plain. Karena itu, kita akan lebih menantikan saat-saat menyenangkan yaitu menggado keju atau coklat yang terdapat di pinggiran kue. Karena memang sensasi menyantap keju dan coklat timbul karena begitu jarang dan sedikitnya bahan itu dalam sepotong kue yang kita makan. Ada konsep menunggu dan bersabar yang dimainkan di sini.

Bahan yang sedikit dan jarang tapi nikmat inilah yang dieksploitasi oleh pembuat kue untuk memainkan perasaan si penyantap kue. "Kalau mau ngerasain nikmatnya coklat atau keju, habiskan juga bolu yang rasanya plain ini".

Sekarang kan beda. Dengan prinsip life to the fullest yang diusung manusia-manusia modern, mereka sudah tidak mau lagi merasakan makanan yang rasanya datar, lalu menyisakan bagian enak di ujung. Kalau memang keju dan coklat bisa dijadikan bahan inti, kenapa tidak? Kalo emang rasa enak bisa dimunculkan terus dari awal hingga akhir, kenapa harus dijatah?

Jadinya sekarang, seluruh proses pencernaan mekanik yang dilakukan oleh mulut dan gigi kita berisi substansi-substansi "berat" yang rasanya kuat. Sehingga bagi kita yang tidak terbiasa, akan mudah sekali menimbulkan rasa begah.

Kembali ke si ayam goreng tepung, kini mereka menambah ramai khazanah kuliner dengan prinsip rasa yang dibikin "tabrak-menabrak" dengan kehadiran saus coklat. Rasa asin, gurih, manis, pedas dan pahit akan bertemu dalam satu ruangan di lidah, ditambah aroma coklat yang bertabrakan dengan gurihnya tepung dan renyahnya rendaman minyak goreng. Lidah kita inilah yang akan memberi pesan kepada otak tentang bagaimana rasanya sajian baru ini, apakah enak atau tidak. 

Tentunya, semua orang memiliki selera yang berbeda, dan satu realita yang memang mengesalkan: kita tidak bisa menghakimi hal subjektif yang sudah menyangkut selera. Seberapapun anehnya orang ini memakan ubi goreng dengan saus sambal, atau memakan tahu goreng dengan gula halus, atau mencocol pizza dengan kecap manis.

Sekarepmu lah, coy!