Saya ini orangnya seneng kalo disuruh nyemangatin atau
memotivasi orang lain. Tapi kalo udah menyangkut diri sendiri, saya suka
minder. Berbicara soal penerbitan buku La Storia: Kumpulan Cerita Menarik AC
Milan Era Berlusconi yang sudah rilis akhir Juli lalu, saya juga mengalami hal
yang sama.
Sejak akhir tahun 2016 saat kami mulai sering ketemuan untuk
ngobrolin sepak bola dan hal-hal kurang penting lainnya, Syakib, si penerbit
buku Kawos Publishing sering meminta saya untuk mempublikasikan buku. Padahal, saya
sama sekali tidak merasa punya kapasitas untuk itu. Tapi ketika kami sering
ngobrol tentang dunia penerbitan buku dan dunia literasi (tsaaahh), lama
kelamaan saya ikuti juga sarannya. Gak ada ruginya kok dicoba, pikir saya waktu
itu.
Februari 2017, saya pun mulai mengumpulkan materi tulisan.
Beberapa materi sengaja saya ambil dari entri lama blog pribadi dan beberapa
tulisan yang pernah saya kirim ke media-media daring. Setelah itu, tulisan saya
perbaharui seperlunya, lalu saya gabungkan dengan tulisan-tulisan baru, lalu
saya susun berdasarkan tema. Dalam waktu tiga bulan, seluruh naskah rampung,
dan saya kembali kepada Syakib.
Tanpa banyak revisi dan komentar, Syakib dan juga Bang Ucup
(Andibachtiar Yusuf) menyetujui naskah, lalu kemudian bergeraklah saya mencari
teman yang lain untuk membuat desain sampul buku. Untungnya, saya kenal baik
dengan Galih Satrio, desainer berbakat yang karyanya sudah go International (dikontrak oleh sebuah media dari Prancis, man!).
Untungnya lagi, kerjasama dengan Galih sangat mudah karena
orangnya memang gak ribet. Hanya bermodal percakapan via ponsel, kami ngobrol
soal tema buku, konsep sampul, lalu beberapa hari kemudian dia sudah kembali
dengan beberapa konsep. Setelah saya kirimkan konsep itu kepada penerbit,
mereka tinggal memilih salah satu, lalu kemudian buku siap masuk percetakan. Penerbit
memutuskan mencetak 1.000 kopi buku.
Sebelum lebaran, buku naik cetak. Momen ini digunakan
penerbit untuk mulai berpromosi. Buku siap dipesan lewat mekanisme PO (pre-order), yang baru akan sampai ke
tangan pemesan kurang lebih sebulan setelahnya. Pada fase inilah pesimisme saya
kembali muncul. Saya lalu bertanya kepada Syakib, berapa eksemplar penjualan
yang dibutuhkan untuk setidaknya “balik modal”, yang kemudian dia jawab “Cukup 400
kopi.”
Dari angka itulah, saya mencanangkan target penjualan 400
kopi buku. Minimalis aja, toh waktu saya menerbitkan buku Piala Dunia bersama
Gagas Media tahun 2014, buku itu hanya laku 200an kopi saja.
Setelah lebaran, saya dapat kabar kalau terjadi
keterlambatan dari pihak percetakan, yang berimbas pada molornya waktu terbit
hingga dua minggu. Saya merasa gak enak dong sama yang udah pesen. Kebetulan,
saat itu yang sudah pesan sekitar 100 orang, jumlah yang juga saya gak sangka
karena pre-order baru dibuka sekitar dua mingguan.
Bantuan lalu datang dengan masuknya beberapa reseller. Kebetulan, mereka memiliki
banyak ‘massa’ dalam bentuk follower
di akun media sosial yang mereka kelola. Hasilnya cukup tokcer, karena dari
salah satu reseller saja, pemesanan
mencapai lebih dari 200 buku. Saya makin kaget karena jumlah ini belum termasuk
pemesanan yang dilakukan oleh basis kelompok suporter Milan, yaitu Milanisti
Indonesia. Lewat pertemanan Bang Ucup, kerjasama dengan Milanisti Indonesia
terealisasi, dengan hasil 400 orang memesan buku saya. Kira-kira setelah
pre-order ditutup, sudah ada 800an pemesan yang membeli buku saya. Wow, dua
kali lipat dari target awal yang saya canangkan!
Pasca ditutupnya pre-order,
ternyata penjualan tidak berhenti. Masih ada beberapa pemesan lain yang menghubungi
pihak penerbit, lalu kemudian dalam waktu kurang dari sebulan setelah pre-order
ditutup, ternyata buku sudah habis. Syakib kembali menghubungi saya untuk
mengabarkan bahwa cetakan kedua tengah dipersiapkan. Rencananya, 500 kopi akan
dicetak untuk memenuhi animo pembeli yang masih berdatangan.
Saya masih tidak menyangka, ternyata penjualan buku
sederhana hasil dari kesan-kesan saya mendukung Milan selama lebih dari 20
tahun telah dibaca 1.000 orang. Pemesannya pun hadir dari seluruh wilayah
Indonesia. Dari tab mention akun Twitter, beberapa pembeli memfoto buku saya
dari daerah tempat tinggalnya masing-masing. Memang kebanyakan masih di wilayah
Pulau Jawa dan beberapa lagi di Sumatra, tapi ada pula beberapa pemesan dari
wilayah tengah dan timur Indonesia seperti Alor, Palopo, hingga Papua.
Khusus Papua, saya memiliki kesan tersendiri. Kebetulan,
Ricardo Salampessy, pemain sepak bola profesional yang bermain di Persipura
bersedia menuliskan kata pengantarnya di buku saya. Karena hal inilah, dia
kemudian memfollow akun twitter saya! Ketika saya hendak mengirimkannya dua
kopi buku, saya pun berkomunikasi dengan dia via whatsapp, juga sempat
berbicara via telepon. Gara-gara buku sederhana ini, saya jadi kenal sama
pemain tim nasional!
Ini bukannya mau pamer atau gimana. Apanya yang mau
dipamerin kalau terealisasinya buku ini lebih karena faktor pertemanan saya
dengan para penerbit, bukan karena materi buku yang cemerlang. Karena di buku
ini, saya memang lebih banyak membagikan kesan dan membangkitkan memori. Saya
yakin sekali kalau ada banyak penulis yang lebih hebat dari saya, juga
pengalamannya lebih banyak. Lalu ketika buku ini mendapat sambutan luar biasa,
ini pun karena faktor pertemanan Bang Ucup yang sangat luas, hingga bisa
mempromosikan buku ini secara tepat sasaran.
Anyway, rilisnya buku ini memberi saya motivasi. Motivasi untuk
terus belajar, terus membaca, terus menonton, mengamati dan menghayati setiap
pengalaman yang saya dapat. Siapa tahu saya bisa menelurkan karya-karya
berikutnya, malah bisa jadi di luar sepak bola. Jika harus menerbitkan buku
kedua, tentu saja pembaca mengharapkan pengalaman berbeda, syukur-syukur memberikan manfaat. Karena banyak sekali
orang yang mengalami sindrom karya kedua. Begitu banyak karya musik yang
cemerlang pada album pertamanya, tetapi melempem di album kedua, hal yang sama
juga berlaku di dunia film.
Berawal dari mimpi 400 kopi (ala-ala Mimpi Sejuta Dollar
gitu lah), saya pun akan berusaha terus berkarya. Dan karena keinginan
menghasilkan karya ini selalu ada, maka tugas saya adalah terus meningkatkan
kualitas di segala lini, juga menambah pertemanan dengan banyak pihak yang
memang memberikan manfaat.