Jika membaca dua kata ini, saya
teringat album musik dari band asal East Sussex, Inggris, Keane. Album ini
dirilis tahun 2004, yang juga merupakan album perdana mereka. Kebetulan, album
perdana ini meraih sukses besar dengan penjualan 5,5 juta kopi di seluruh
dunia, juga menempatkan beberapa lagu seperti Somewhere Only We Know, Everybody’s
Changing dan This is The Last Time di tangga lagu teratas.
Hopes and Fears, diartikan secara
harfiah berarti harapan-harapan (jamak) dan ketakutan-ketakutan (jamak). Sekadar
ingin sotoy mengartikannya dengan kata-kata sendiri, saya merasa dua kata yang
kontraiktif ini memang begitu sering berjalan beriringan. Ketika kita
mendapatkan harapan untuk melangkah, akan timbul rasa takut yang siap menjegal.
Memang dua kata ini sedikit
diskriminatif. Jika katakutan selalu mengiringi harapan, maka rasa takut tidak
selalu diiringi harapan. Rasa takut kadang benar-benar menjelaskan keadaan yang
gawat dan tidak ada harapan untuk memperbaikinya. Jika kita menonton film
horror, seringkali tokoh yang telah dihantui rasa takut toh pada akhirnya mati
juga. Tidak ada harapan. Sementara jika kita melihat film seperti Die Hard, di
mana harapan ada pada seorang John McClane, tetap saja ada rasa takut bahwa
McClane akan gagal memenuhi harapan. Apalagi musuh yang dihadapi begitu
tangguh, yang wajar saja menimbulkan rasa takut.
Sebegitulah keadaan yang mungkin
saya alami sekarang. Yah, tentu saja tidak seperti McClane. Saya tidak sedang
menghadapi gembong penjahat berbahaya seorang diri. Tapi dalam lansekap yang
berbeda, kini terdapat harapan yang timbul untuk memperbaiki nasib, sekaligus
memberikan masa depan yang lebih baik bagi kehidupan keluarga.
Tentu saja harapan besar ini
muncul diiringi dengan rasa takut yang tidak kalah besar. Pertaruhannya besar,
sebesar hasil yang didapat andaikata berhasil. Ya terang aja, di mana-mana
hasil yang besar akan didapat ketika kita berani mengambil risiko yang besar. High
risk, high return. Sekarang sudah bukan saatnya lagi memegang prinsip “If you
want something, you have to work for it”, tetapi harus selangkah lebih maju
lagi: “If you want something you’ve never had, you must do something you’ve never
done!”
Ya, rasanya baru kali ini saya
akan memutuskan mengambil risiko yang besar. Ada harapan yang begitu besar,
tapi diiringi pula dengan rasa takut yang besar. Ada berbagai risiko yang
terlalu besar untuk dipertaruhkan, tetapi jika kita tidak berani mengambilnya,
tentu saja hidup akan segini-segini aja. Menuruti rasa takut memang akan memberi kenyamanan sesaat, tapi akan lebih sering berakibat pada penyesalan yang permanen. Menuruti rasa takut berarti meremehkan diri sendiri. Meremehkan orang lain memang tidak baik, tapi bukankah meremehkan diri sendiri jauh lebih tidak baik lagi?
Rasa takut ini memang besar,
karena usia sudah tidak muda lagi. Jika salah jalan, susah untuk kembali lagi
ke jalan yang benar. Jika miskalkulasi, akan sulit untuk memperbaiki. Ibarat kata,
saya akan memaku tembok, yang akan menimbulkan bekas lubang jika saya melakukan kesalahan. Sudah
bukan lagi belajar menulis dengan menggunakan pinsil yang akan dengan mudah
dihapus dengan karet penghapus pinsil.
Jelang tahun kesepuluh saya
bekerja di bidang pajak ini, rasanya inilah langkah terbesar yang akan saya
ambil, sekaligus keputusan terberat yang akan saya buat. Memang belum pasti
jadi, tapi memikirkannya saja sudah membuat makan-tidur tak enak. Badan masih
di sini, tapi hati tidak lagi.
Rabbi anzilni munzalan mubarrakan wa anta khairul munzilin.