Selasa, 22 November 2016

Temanmu Bukan Cerminmu

Suatu ketika, si Gondrong membaca sebuah artikel motivasional yang kira-kira begini kesimpulannya: Surround yourself with positive people. Orang-orang sukses yang dari kebiasaan dan cara hidupnya, ia bisa memotivasi elo untuk mengikuti. Sehingga elo bisa sesukses dia.

Dalam artikel yang sangat lugas dan berapi-api itu, penulisnya juga berkata bahwa peruntungan dan nasib seseorang akan banyak bergantung pada dengan siapa ia berinteraksi sehari-hari. Proximity, atau kedekatan dikatakannya akan mempengaruhi cara berpikir, cara bertindak, bahkan cara bertutur. Memang tidak salah, karena orang Minang yang sudah lama tinggal di kota Surabaya misalnya, logat Minangnya bisa hilang berganti dengan logat medhok Jawa Timuran yang kental.

Si Gondrong juga pernah membaca sebuah Meme yang bertuliskan: “Show Me Your Friend, And I’ll Show You My Future”. Seolah menambahkan bahwa kalau kita keliru memilih teman, maka masa depan kita menjadi pertaruhan. Jika kita ingin sukses, maka kita harus berbaur dengan orang-orang yang menerapkan standar tinggi dalam hidupnya. Memacu dirinya untuk ikut sukses. Raise your bar! Begitulah kira-kira.

Sambil sok-sok merenung ala filsuf, si Gondrong lalu melihat kepada dirinya sendiri. Sedari kecil, ia telah memiliki berbagai lingkaran pertemanan. Dari lingkaran pertemanan itu, Gondrong telah bertemu bermacam-macam manusia dengan segala tabiat dan karakter. Si Gondrong pernah berada dalam teman sepermainan dengan perokok berat, peminum alkohol, pengguna narkoba, pemain cinta, si pengeluh, si pengemis cinta, si pesimis, si minder hingga si tukang ngutang. Si Gondrong juga pernah berteman dengan si pembaca kitab suci, si ambisius, si optimis, si pede, si lurus, si pandai, si rajin, si penurut dan si baik-baik lainnya.

Ia telah bertemu segala macam manusia. Bukan hanya bertemu, ia juga pernah menjalin pertemanan akrab atau menjalani proyek bersama dengan mereka.

Tapi, anehnya si Gondrong tidak merasa bahwa teman-temannya itu membawa perubahan signifikan dalam cara hidup, cara bersikap, cara bertutur dan cara berpikirnya. Misalnya ketika ia berteman dengan para perokok jaman SMP, ia tidak lantas ikut-ikutan menjadi perokok. Lalu ketika SMA ia berteman dengan remaja-remaja pandai, Gondrong tidak ikut-ikutan jadi rajin ke perpustakaan.

Bahkan kini, ketika si Gondrong berteman dengan para pengangguran atau para pekerja sektor informal, Gondrong tidak mengikuti jejak mereka. Dan ketika Si Gondrong bertemu dengan teman-temannya yang sukses dalam meniti karir di kancah korporasi, Si Gondrong tidak merasa menjadi bagian dari mereka.

Si Gondrong dengan hidupnya sendiri, yang hanya ia dan Tuhan yang menuntun jalan dan langkahnya, tanpa dipengaruhi orang lain. Ya, dalam hal-hal prinsipil semacam ini, Si Gondrong yang biasanya gampang ngalah, bisa berubah menjadi si gelas penuh yang tidak bisa menerima perubahan.

“Gondrong, itu liat dong temen lo yang sekarang sukses jadi Division Head di perusahaan besar. Itu temen sekolah lo dulu, lho. Masa sih elo gak ketularan suksesnya?”

“Gondrong, itu liat dong temen lo yang sekarang jadi pengusaha sukses. Masa sih elo gak pengen seperti dia?”

Begitu ucapan seorang teman.

Padahal, si teman itu tidaklah mengkritisi ketika tahu bahwa Gondrong juga berteman dengan berbagai pekerja dari sektor informal. Kang parkir, kang ojek, kang penunggu warung.

Mengelilingi diri dengan orang sukses, toh tidak berpengaruh buat si Gondrong. Bahkan ketika si Gondrong masih suka nongkrong bareng dengan bos besarnya, ia toh tidak ikutan dipromosi saat penilaian kinerja. Sama saja.

Nasib kita, hanya kita dan Tuhan lah yang menentukan. Bukan teman. Jika seorang teman kini menjadi orang sukses, ya itu karena mereka memang patut mendapatkannya. Dan jika ada seorang teman yang nasibnya kurang beruntung, itu bisa jadi karena nasibnya yang kurang beruntung, atau usahanya yang kurang keras.

Apalagi, kebanyakan teman hanyalah mengaku teman apabila kita sukses. Dan kebanyakan teman yang lain, hanya menelpon kita kalau mau pinjam uang. Lalu ada juga teman lainnya yang sulit banget dianggap teman akibat postingan provokatif dan kampanye negatifnya di media sosial saat musim pilpres atau pilkada.


Teori pertemanan seperti ini tidaklah berlaku bagi si Gondrong. Titik.