Saya bukanlah seorang science enthusiast. Walaupun di SMA dulu
menghuni kelas 3 IPA, tapi itu hanyalah siasat agar pemilihan jurusan saat kuliah
nantinya bisa lebih fleksibel. Anyway,
bukan itu yang hendak saya bicarakan.
Secuek-cueknya pelajar pun pasti
mengetahui apakah itu rantai makanan. Tuhan telah menciptakannya sedari dulu,
bahkan sebelum manusia diciptakan. Dengan berjalannya rantai makanan, maka
berjalan pula keseimbangan alam, dan berlanjut pula kehidupan.
Namun manusia memang terkadang
terlalu kreatif, rakus, egois dan tidak berhati nurani. Kehadiran manusia
memang menjadi salah satu alasan terbesar mengapa alam semakin rusak. Di negara
manapun juga seperti itu, meskipun sudah banyak negara-negara yang lebih beradab.
Salah satu kekayaan alam yang paling
banyak dirusak manusia adalah kekayaan laut. Sudah sering dicemari dengan
sampah, terumbu karang di bom, ikan-ikan juga ditangkapi seenaknya.
Eh ntar dulu, saya juga bukan aktivis pecinta lingkungan
yang sedang berkampanye. Memang tidak ada yang salah dari menangkap ikan. Mungkin
saja aktivitas ini telah dilakukan sejak jaman manusia purba bernama latin yang
sulit diingat itu. Ikan untuk makanan manusia juga sangat berlimpah ruah, dan
tidak ada yang salah dari penangkapan ikan yang memang untuk tujuan dikonsumsi
oleh manusia.
Namun akan menjadi masalah jika
ikan yang ditangkapi adalah ikan yang berjumlah lebih sedikit daripada jumlah ikan
yang ditangkapi untuk dikonsumsi, misalnya ikan hiu dan ikan lumba-lumba. Mungkin
terlalu besar penghayatan mereka pada pemeo “Masih banyak ikan di laut” hingga
mereka berpikir sebanyak apapun ikan mereka tangkap, ketersediaan ikan tetap
akan terjaga. Apalagi mereka yang berpikir “Ah gue hanya nangkap 10 ekor kok,
sementara jumlah ikan ada jutaan bahkan ratusan juta ekor.”
Yaelah bro, jika pemikiran lo
ditiru 1000 orang dan pekerjaan itu lo lakukan selama 20 tahun, coba tuh hitung
berapa banyak ikan yang bakal ludes?
Sayangnya, kerusakan ini memang
telah berlangsung lama. Indonesia bersama India telah ditahbiskan sebagai
negara dengan jumlah penangkapan
hiu terbesar di dunia. Kekayaan biota laut yang dimiliki Indonesia memang
menyimpan miliaran pesona yang seakan tiada habis, sirip hiu yang berharga
mahal untuk dikonsumsi sebagai obat juga sayang untuk dilewatkan para manusia
yang lapar dan tamak namun tidak peduli pada lingkungan.
Hiu adalah hewan yang berada pada
ujung rantai makanan, sebelum pengurai. Berkurangnya populasi hiu secara
drastis akan otomatis mengurangi jumlah pemangsa ikan-ikan besar yang merupakan
pemangsa ikan-ikan yang dapat dikonsumsi manusia. Pendek kata, populasi hiu
yang berkurang akan merusak rantai makanan, dan akan mempengaruhi ketersediaan
makanan bagi manusia juga. Sekarang sih belum seberapa terasa efeknya, tapi bagaimana
50 tahun lagi?
Namun ini baru permulaan. Cerita memilukan
selanjutnya datang dari perairan Lampung, dimana banyak nelayan yang turut membunuh
ikan lumba-lumba untuk dijadikannya umpan dalam menangkap ikan hiu. Satu aktivitas,
dua spesies besar terancam punah.
Jadi, masih doyan sup sirip hiu?