Minggu, 06 Januari 2013

Derailed, A movie review




Gue akan coba mengingat-ingat adegan per adegan dalam film berjudul Derailed ini.

"Kunci pintu, lapor polisi, dan kucing garong" adalah beberapa hal yang gue bisa highlight di film ini. Sebuah film thriller yang penuh kejutan, twisted dan memperlihatkan sisi gelap kehidupan.

Film rilis pada tahun 2005, hasil adaptasi novel berjudul sama. Menurut gue, film ini seru dan penuh cerita-cerita mengejutkan yang akan membuat kita bergumam “kok ada ya yang sampe begitu?,” seakan menolak kenyataan bahwa hidup memang penuh kejutan, hidup memang berbelok-belok tidak seperti rambut personel film Meteor Garden.

Pemandangan awal film adalah sebuah penjara. Seorang pria tak dikenal menggenggam kuat-kuat sebilah pisau, lalu menghampiri seorang pria lainnya. Kemudian film berjalan dengan alur mundur.

Lalu alur mundur itu menyajikan pemandangan berupa kereta listrik. Jika melihat rel kereta listrik yang terletak di atas jalan raya di sebuah film Hollywood, maka kemungkinan besar film itu mengambil tempat di kota Chicago. Contoh film lainnya yang banyak mempertontonkan jalur kereta api ini adalah film yang dibintangi Angelina Jolie, Wanted.

Ngomong-ngomong, apa sih inti dari film ini? Sesuai judulnya, Derailed, film ini bercerita tentang seorang yang keluar dari jalur hidupnya yang lurus.

Tokoh utama dari film ini adalah Charles Schine. Charles adalah seorang pekerja dengan karir bagus namun memiliki kesulitan di keluarganya karena sang anak menderita diabetes. Penyakit itu memaksanya untuk mengalokasikan biaya besar setiap bulan untuk pengobatan sang anak.

Suatu ketika, Charles (Clive Owen) yang juga seorang commuter berlari terbirit-birit mengejar kereta yang menuju arah tempat kerjanya. Karena tidak ingin tertinggal dan mengetahui kereta selanjutnya baru tiba setengah jam lagi, ia nekat memasuki kereta meski belum membeli karcis. Keadaan makin canggung karena ketika petugas karcis menagih denda, ia ternyata lupa membawa dompet. Lucinda Harris (Jennifer Aniston – masih tetep gak ngebosenin diliat) yang mengamati kejadian itu kemudian membayari tiket dan denda Charles.

Charles merasa tidak enak dan ingin membalas kebaikan Lucinda. Ia terus meminta bertemu Lucinda tanpa prasangka apapun pada awalnya, mereka juga saling mengetahui status masing-masing yang sudah berkeluarga. Memang dasar Lucinda yang charming, Charles berubah dari seorang bapak yang baik menjadi layaknya kucing garong yang melihat ikan goreng nganggur di meja makan.

Ini dia kelakuan si kucing garong:

“Lucinda, I bet 20 dollars that I can kiss you without touching your lips.” 
“Really? How can you do that?” 

Charles kemudian mencium bibir Lucinda. Ya terang aja kena bibirnya, Charles kemudian membayar 20 dollar kepada Lucinda. 

“Itu 20 dollar paling cerdas dan keren yang pernah saya belanjakan”

Film ini lantas tidak lebih menjadi film perselingkuhan norak dan murahan. Ketika kemudian Charles mengajak Lucinda untuk check in ke hotel yang juga norak dan murahan, di sinilah cerita sesungguhnya dimulai. Gak perlu gue ceritain deh untuk soal ini, tonton aja sendiri biar seru.

Philippe. Kejam, brutal dan obsesif.
Yang jelas, setelah adegan itu, timbul hal-hal tak terduga seiring kemunculan Philippe (Vincent Cassel), seorang penjahat yang kejam, brutal dan obsesif. Ia bukan penjahat yang puas hanya mengambil sedikit, tapi juga ia bagaikan penyakit kanker yang berusaha menggerogoti hidup seseorang hingga habis.

Gue punya versi ending tersendiri di film ini. Beberapa alur cerita yang menurut gue terlalu absurd dan maksa, seharusnya bukan seperti itu. Ah namanya juga film Hollywood.

Moral of the story? Klise banget. Jangan coba-coba “keluar jalur”, belok-belok boleh aja asal cepat kembali ke track semula. Jangan juga tergoda sama kecantikan perempuan, karena wanita memang racun dunia!

Overall, film ini sungguh penuh kejutan, dan lagi-lagi underrated.