Selasa, 21 Februari 2012

For the irreplaceable ones in my life

Time flies, it's been 4 years. Kantor ini udah memberi gue banyak hal, dari memberi makan, memberi jalan-jalan, dan memberi banyak ilmu. Kantor ini juga membuat gue sadar bahwa dunia pajak inilah rejeki gue walaupun gue gak bagus disitu. Kantor ini lebih dari sekedar kantor.

I'll always remember saat-saat kumpul bareng. Berangkat-pulang naek kereta pepes, gelantungan di bis 640, bertigaan naik BAjaj BIru, dan sekarang tiap pulang malem selalu nungguin juragan voucher. Naik taksi bagus empet-empetan di belakang. Semua semata demi gratisan.

Kegiatan keagamaan juga kita gak lupa. Buka puasa bareng (ditempat yang mahal), sahur bareng (terpaksa kalo emang lagi lembur), tarawih bareng (hari pertama doang), solat siang, solat sore (iya gak su??). Tapi ada yang kurang nih... Kapan kita bikin pengajian bareng dan bikin baksos bareng?? Ini adalah misi gue selanjutnya bersama kalian.

OBROLAN-OBROLAN ABSURD yang gak pernah kejadian (elo pada kadang terlalu percaya secara berlebihan - mungkin karena percaya teori "kebohongan yang dibicarakan berulang-ulang lama kelamaan akan menjadi kebenaran"), dari ngomongin diri sendiri sampai ngomongin orang... Dari sekedar kepo sama DP bbm orang sampai (sok) care sama teman yang bakal nikah... "Cewenya siapa yah, umurnya berapa yah..." bahkan dengan tingkatan ekstrem macam nge-googling nama pasangan orang. Yeah, we did that!

NONTON!! dari nonton bioskop, nonton bola, nonton konser musik. Gak lupa pula pengalaman suck Java Rock tahun lalu! What a dumbass! Hahaha.

NONGKRONG.. walaupun favorit gue di warjep, tapi gak bisa menghindari fakta bahwa favorit anak-anak adalah di Bar dan Cafe happening dengan musik-musik masa kini.

BELANJA! Inilah favorit anak-anak. Midnite sale? We're there. Dan pastinya kita lebih peduli sama diskon Zara daripada seorang Anies Baswedan. Kita juga belanja cerdas kok. Kita paling suka sama promo buy one get one dan diskon 50%. Buktinya, tiap hari kita bisa beli starbucks selama sebulan. Bos-bos pada geleng-geleng. Beda gaya sih sama anak divisi sebelah, mereka kalo kepengen ya beli, ngapain nunggu diskon. Ngumpulin stiker? Noo... Buat apa tuh ngumpulin begitu-begituan, gak kepikiran sama sekali tuh. Bicara divisi sebelah, mereka sih liat-liat showroom mobil, beda sama kita yang liat-liat barang diskonan.

Satu yang gak bisa lepas adalah MAKAN. Kita suka EAT FOR FUN dan seringnya sih EAT FOR LIVING. Dari mulai makan di pinggir kali sampai di resto jok empuk tapi porsinya porsi abang-abang, jajan mahal yang sekali beli seporsi eskrim bisa ngabisin 3 piring ojo lali. Kalo hari jumat tiba, jangan coba-coba ajak kami makan di pinggir jalan. Abis makan? Belom cukup dong. Aneka eskrim berlemak siap memanjakan lidah tapi menyiksa perut. Gendut? Bukan masalah.

JALAN-JALAN... Dari jalan-jalan keluar kota sampai keluar negeri. Naik mobil, kereta, pesawat. Naik perahu dan main air seperti kesukaan kalian (gue gak suka main air karena cuma bikin sempak basah. yiaakkk!!), barbeque nite, main paintball sebagai sarana balas dendam. "Saya cuma mau nembak MAS ANDRE." Demikian statement terkenal itu.

Kita juga SPORTY lho. Suka banget main futsal. Kita adalah MACAN SPARRING. Semua kantor BIG 4 kita udah kalahin. Tapi, kita selalu dibantai di kelas turnamen. Ini adalah kegagalan masif gue sebagai kapten kalian (padahal kapan juga gue mengajukan diri sebagai kapten). Supaya keren, kita kadang main basket. Hasilnya, gue sering kena 3 second violation (what the hell is that??) dan Beavis sering ngelempar bola ngelebihin ring basket. Begitu juga main bowling, kita juga kadang-kadang melakukannya. Inget Dodin yang kartun banget, dia kebawa bola pas ngelempar.

Seperti layaknya manusia, kita suka MUSIK. Kita latihan band, manggung (semua karena Kakak of course). Latihan band dengan basa-basi sebenernya kalian gak butuh drummer (butuhnya cajonner buat lagu-lagu mellow), tapi kalian baik sekali tetap mengajak saya yah (terharu...) Gue emang maksa kalian main rock, sebagai ganti kalian maksa gue ikutan karaoke yang sama sekali gue gak enjoy. Yaudah, semoga bisa lanjut deh project akustikannya yaa.. (Tapi kalo kalian maksa gue buat latihan lagi sih gue mau aja).

Kadang gue mikir, ini kantor apa sekolahan yak.. Kita suka main cela-celaan tanpa batas. Kalo gak kuat mental, pasti gak kuat kerja disini... Bukan karena kerja berat aja, tapi juga cela-celaan dahsyat yang harus diterima. Dari mulai celaan meaningless macam "Beavis, you suck!!" sampai celaan dari hati macam "Elo Sur, temen-temen lo udah punya mobil & rumah, lo punya apa?"

Kita juga terus kerja sampe pagi, field work ke kantor orang, jalan ke kantor pajak, ke pengadilan pajak, melipir... Gak jarang pula kita berantem dan berdebat. That's what makes us human being.

Ada pertemuan, ada perpisahan. Dan perpisahan itu gak selalu "goodbye", tapi juga "see you later". Karena kantor ini berada diatas mall paling happening dan paling banyak kaum "miring" di Jakarta, gue akan sering kesana. Gue juga gak menyangka bakal bertahan selama ini di sebuah korporasi yang well-established dengan visi TO BE THE STANDARD OF EXCELLENCE dan tersirat pula TO BE NUMBER ONE dengan resources unggul, dan dengan high rotation sewaktu-waktu bisa bikin kita fucked-up... padahal siapa gue. At least gue harap sih gue bisa jadi penggembira di waktu stress kalian, dengan cara gangguin kalian yang umumnya gak multi-tasking (wkwkwk emang enak...)
Gue kasih masing-masing empat kata sebagai testimoni gue buat sebagian besar orang disini. Walaupun 4 kata gak bakalan cukup.

Olga, you are always there. Melty, you are so loud. Shanty, you are so polos. Melli, you are Miss Payroll. Bombom, you are so fat. Zaini, (sometimes) you're hilarious. Hildut, you are always special. Lie, you are so brilliant. Ira, you're more shining now. Irni, you are so expressive. Aa Dikdik, you are so wise. Anyes, you are so keibuan. Ayam, you are so ambisius. Kamil, you are so alay. Dodin, you're cool with vest. Yos, you are getting licin. Mas Eki, you are always young. Deva, you are calon "Kakak". Aim, you are so rambo. Coach, you are so cool. Kania, you are so ROCK. Michi, you are so chidul. Buat yang lainnya belom kesebut, YOU ARE AMAZINGLY AMAZING.

And last but not least... Buat Susu, Toby & Beavis: Jadi gimana-gimana, Maaann??!! Asli asli asli. Elaahh. Preettt.

Dammit I'm gonna miss all that moment. I'm gonna hang out with bapak-bapak, emak-emak dan siap ngadepin segala kemungkinan yang mungkin mengejutkan. See you later, guys!

Dan gue tutup dengan "GUE SIH SENENG KALO TEMEN-TEMEN GUE SENENG.."


Jumat, 10 Februari 2012

Never grow up, my friend!

"Main mulu sih kaya anak kecil!" Seru istri saya saat saya lagi asik-asiknya main game di konsol Playstation. Begitu pula saat saya sedang main game Football Manager atau melototin konser metallica di youtube sampai berjam-jam, itu juga bikin istri saya super heran dan geleng-geleng kepala. Saya yakin banyak istri-istri atau pacar-pacar yang komplain hal yang sama soal kebiasaan kami para pria ini.

Saya emang bukan orang yang kebapakan, yang doyan ngopi sambil baca koran, atau pakai baju berkerah dan sandal yongki komaladi layaknya seorang bapak-bapak. Saya lebih suka menyebut diri saya anak kecil udah yang punya istri, uang dan pekerjaan. Apa yang salah dengan menjadi anak kecil? Memiliki jiwa anak kecil menurut saya jauh lebih menyenangkan. Seorang anak kecil adalah sosok polos, jujur, blak-blakan dan punya rasa ingin tahu yang tinggi. Seorang anak kecil juga memiliki impian yang gak muluk-muluk tapi hasrat belajarnya tinggi.

Ada jeleknya juga kalo orang berpikir dirinya udah dewasa, udah bapak-bapak. Karena dengan demikian, orang itu akan memiliki sifat tertutup, tidak mau belajar dan merasa udah puas dengan apa yang dimilikinya. Selama dipandang dan dijalankan secara berimbang, saya yakin jiwa kekanakan akan banyak banget manfaatnya.

Saya adalah orang yang lebih suka didoakan untuk "stay young" atau "stay twenties" daripada "semoga tambah dewasa" saat ulang tahun, tapi sayangnya dari 28 tahun saya ngerasain ultah, gak pernah ada ucapan dan doa semacam itu. Umur itu cuma angka, dan jika kita memiliki cara pandang demikian, saya yakin kita akan terus menjadi pribadi yang lebih produktif dan tentunya lebih bahagia, karena rasa penasaran, jiwa yang bebas dan rasa tidak cepat puas itu.

Eric Cantona pernah bilang "Never grow up, my friend!" dalam iklan komersialnya. Dia mengucapkan kata-kata itu bukan tanpa arti. Dengan memiliki jiwa anak-anak, kita akan bebas berekspresi dan berkreasi tanpa rasa takut atau malu. Tapi bagaimanapun, semua itu memang pilihan.

Memang umur cuma angka, tapi kita gak bisa menghindari yang namanya penuaan. Sayapun merasakan betul faktor "u" ini di lapangan futsal saat apa yang ada di pikiran sudah tidak sinkron dengan gerakan kaki dan badan. Saya juga merasakannya saat duduk bersila di khotbah jumat, kaki rasanya banyak semutnya. Dan baru-baru ini, seorang teman yang membawa alat timbangan kesehatan mampu membuat galau orang sekantor. Kadar lemak tinggi, kadar air rendah, dan usia sel yang lebih tua daripada usia biologis adalah hasil yang umumnya didapat oleh teman-teman seprofesi pekerja kantoran setelah mencoba alat ini. Tua sebelum waktunya. Yah gimana gak cepet tua kalo sering pulang pagi selama bertahun-tahun.

Lalu jika sel-sel kita sudah tua sebelum waktunya, apakah kita juga tega membiarkan jiwa kita juga tua sebelum waktunya? Sekali lagi, itu pilihan.

Kamis, 09 Februari 2012

Passion and happiness

Belakangan ini gue sering baca buku-buku mengenai PASSION. Buku-buku itu menggelitik jiwa, betapa hidup gak sekedar kerja kantoran 9 to 5, atau kerja keras sampe pulang pagi, lalu paginya udah harus kerja lagi. Passion menawarkan lebih dari itu. Passion adalah kendaraan menuju tingkatan HAPPINESS.

Intinya, buku-buku itu memiliki pertanyaan mendasar yang kurang lebih sama: "Are you happy?" Happiness atau kebahagiaan adalah sebuah terminologi sederhana dari apa yang dicari-cari oleh manusia. Tapi, gak semua orang bisa atau bahkan mau mengejarnya.

Gue udah ngumpulin definisi HAPPINESS dari orang-orang disekitar. "Happiness? Buat gue, itu adalah uang. Kalo punya uang, kita bisa beli apa aja yang kita mau." Kata seorang teman, yang diam-diam punya ambisi menjadi walikota di masa depannya. Lain lagi dengan pendapat seorang teman lainnya, yang berambisi menjadi partner (jabatan tertinggi di firma akunting) di masa depan. "Buat gue, yang penting itu jabatan. Karena jabatan berbanding lurus sama penghasilan. Kalau penghasilan besar, kita bakal happy." Lain lagi dengan definisi beberapa orang teman lainnya, yang bermimpi untuk melanjutkan studi keluar negeri dan menetap disana. Dengan studi keluar negeri, mereka berharap mampu membawa perubahan bagi negara ini sekembalinya dari studi mereka.

Entahlah, masing-masing orang punya definisi dan ukuran tentang kebahagiaan. Ada pula beberapa orang yang tadinya sangat passionate mengejar bidang yang disenanginya lalu banting setir untuk sesuatu yang sebenarnya kurang disukainya, tapi dia memang capable untuk mengerjakannya. Atau ada juga beberapa orang hebat yang mampu mengerjakan apa yang dia suka dan menjadikannya sebagai penopang hidup.

Hidup cepat berubah. Akan ada saat dimana hari-hari yang semula berisi banyak mimpi dan idealisme akan berubah menjadi kehidupan yang realistis, datar, membosankan, serba 'cari aman' dan serba 'cari yang pasti'. Pastinya seringkali hal itu mengabaikan kebahagiaan kita sendiri. Padahal, apapun yang dilakukan tanpa hati, hasilnya gak bakal bagus. Ditengah segala keharusan dan kebutuhan hidup yang pokok, akankah kita masih peduli sama passion?

Well apapun itu, pengalaman membawa gue kepada banyak hal. Banyak masukan dan saran dari orang-orang terdekat. Inti dari semua saran itu sebenernya mengerucut kepada satu hal, yaitu keberanian. Namun pertanyaan kembali muncul. Beranikah kita mengejar passion kita disaat kita sekarang tidak memungkinkan untuk mengejarnya? Apakah kita harus berhenti dari pekerjaan untuk mengejar kemana passion kita?

Gue mendapatkan rumusan yang cukup keren untuk orang-orang yang berada di situasi dimana passion tidak sejalan dengan realita. Rumusan yang dinamakan 70-20-10. 70 persen kita alokasikan untuk kegiatan yang mampu menopang hidup kita, kalau bahasa lugasnya, membuat dapur tetep ngebul. 20 persen kita alokasikan untuk kegiatan menghasilkan yang kita suka. 10 persen lainnya unutk kegiatan baru dan belum menghasilkan, tapi tidak membahayakan kegiatan 70 persen itu.

Kita gak pernah tahu masa depan kaya gimana. Manusia hanya bisa berencana, tapi Tuhan yang menentukan. Siapa yang tahu 20 persen yang kita lakukan itu kelak berubah menjadi 70 persen? Misalnya, bisa jadi hobi fotografi kita menjadi profesi saat karya fotografi tersebut diapresiasi oleh banyak orang, yang kemudian meroketkan nama kita.

Yang jelas, kejarlah passion itu bagaimanapun kita akan sukses atau tidak. Karena passion adalah “makanan” untuk hati, dimana kita selalu bergairah dan bersungguh-sungguh mengerjakannya, walau tanpa imbalan sekalipun. Gak usah berharap suatu hasil dari pengejaran terhadap passion itu, karena dengan menjalankannyapun sudah bikin kita bahagia.

Bagaimana kalau kita terlambat atau bahkan belum tahu passion kita? Dari buku-buku yang gue baca, semuanya bilang: CARI. Bagaimana mencarinya? Cobalah think out of the box, cobalah untuk lebih banyak bergaul dan bersosialisasi, membuka diri, memperluas wawasan, membaca buku dan lainnya.

So, are you happy?

Are you wanna be happy?

Selasa, 07 Februari 2012

10 Lagu Terbaik

Musik dan lagu. I can say that I can't live without music, dan rasanya gak ada satu haripun gue lewatkan tanpa mendengarkan musik. Musik menemani gue bekerja, santai, menjelang tidur, berangkat kerja, juga menemani disaat senang, sedih atau marah. Pokoknya musik adalah selingkuhan gue dari sepakbola, nomor dua setelah sepakbola. Gue mau coba susun 10 lagu terbaik sepanjang masa menurut gue, dan pastinya itu subjektif. Lagu-lagu inilah yang sudah cukup lama gue dengar dan gak pernah gue bosan untuk mendengarkannya lagi dan lagi.

1. Sleeps with Butterflies by Tori Amos
Gak ada alasan spesifik gw suka lagu ini dan tanpa ragu gw taruh di urutan pertama. Ibarat cinta, gw langsung fell pertama kali denger lagu ini. Bukan karena liriknya, tapi lebih pada lantunan nadanya yg mendamaikan. This song really hit me, love it unconditioinally!

2. Bright Lights by Matchbox Twenty
Lagu rock ballad yg simple tapi megah di akhir lagu. Mengingatkan pada November Rain-nya GnR, tapi lebih simple. Liriknya mengingatkan pada seseorang, tapi bukan alasan utama gw menyukai lagu ini. Lagu ini penuh emosi didalamnya.

3. Can't Stop Loving You by Van Halen
Ini dia lagu paling bikin semangat. Hentakannya dahsyat, musiknya terdengar minimalis dan sangat catchy tapi sumpah ini adalah gabungan dari skill dahsyat maestro2 musik rock dunia yg sampai sekarang susah dicari tandingannya.

4. Always by Bon Jovi
Mungkin ini adalah salah satu lagu love ballad paling "membunuh" didunia. Teriakan Jon Bon Jovi dan permainan nge-blues Richie Sambora menjadi nyawanya. Ditambah lirik maut yg menghajar dengan membabi buta, lagu ini pantas dibilang fenomenal.

5. Bohemian Rhapsody by Queen
Rasanya semua setuju kalo lagu ini adalah lagu rock paling megah, dan hebatnya itu dibuat long time ago tahun 1975, bahkan gue belum lahir! kalo denger lagu ini seperti berada di pertunjukan opera yg megah. Liriknya menyayat dan musiknya keren!

6. Tornado of Souls by Megadeth
Ini adalah lagu metal terbaik yg pernah dibuat. Dave Mustaine benar2 jenius, begitu pula Marty Friedman yg menciptakan solo gitar terbaik disini. Gokil dan sangat metal!

7. The spirit of Radio by Rush
Mewakili genre progresif rock, lagu ini sangat sempurna komposisinya. Cuma bertiga dan mengguncang dunia. Sangat bersemangat dan menghibur, serta gak biasa.

8. Playing God by Paramore
Satu-satunya lagu era sekarang yang nyangkut terus di kepala gue. Lagu ini dimainkan oleh band ABG beraliran emo-rock, tapi entah kenapa gue suka banget lagu ini. Gue inget pernah dengerin lagu ini berulang-ulang dalam perjalanan 7 jam kereta api dari Jakarta ke Semarang dan hingga kini masih belum bosan

9. Butterflies and Hurricane by Muse
Ini dia lagu yg membakar semangat! Liriknya sangat provokatif menyuruh kita untuk melakukan yg terbaik untuk mengubah didunia, dan menjadi didengar dunia. Bahwa hidup ini seperti perang dimana setiap saat lo bisa terancam. Hebat!

10. Aku Disini Untukmu by Dewa
Dengan kord miring, Ahmad Dhani tetep bisa bikin love song yg catchy dan komersil, tapi tetep dengan lirik yg gak biasa. Sangan berkualitas sekaligus menyenangkan untuk mendengarnya.

Industri musik dan teenager bayaran

Berita besar di dunia maya belakangan ini adalah dihapusnya layanan megaupload dan fileserve. Buat yang sering download atau upload file gratis pasti gak asing dengan website ini. Lalu apa implikasi menghilangnya mereka bagi industri musik dan musik itu sendiri?

Bahwa era digital dan internet kini berdampingan dengan dunia musik, memang bukanlah hal baru. Media penyedia layanan upload dan download gratis itu emang memungkinkan kita untuk memiliki sebuah karya dari musisi tanpa harus membelinya. Keberadaan mereka ini sangat berpengaruh terhadap penjualan album.

Jaman sekarang orang udah jarang beli album band atau musisi favoritnya di toko. Layanan download gratis memungkinkan para penggemar musik mengunduh lagu ataupun album favoritnya tanpa pertimbangan apapun. Karena gratis, orang menjadi nothing to loose dan tidak terlalu peduli akan kualitas album, yang berarti mengurangi rasa hormat mereka akan karya seni. Merekapun memiliki kemewahan untuk memiliki lagu yang mereka anggap bagus, dan tidak mengunduh lagu-lagu lainnya yang mereka tidak sukai. Ada juga sih segelintir die hard fans yang emang selalu beli album original untuk musisi yang mereka kagumi, tapi itu gak banyak.

Gak heran, penjualan album dari para musisi merosot tajam. Gak ada lagi penjualan album diatas sejuta kopi seperti jamannya album Sesuatu Yang Tertunda (Padi-2002), Bintang Lima (Dewa-2000) atau 7 Desember (Sheila on 7-2001). Apakah kebetulan jika ketiga band itu sekarang meredup karena imbas dari turunnya penjualan album?

Tidak bisa dilihat semata dari album, penghasilan dari para musisi bisa didapat dengan banyak cara. Ada RBT, iklan, radio airplay, dan tentunya tawaran manggung. Kalau dilihat secara berimbang, fenomena illegal download ini sebenarnya bisa dianggap sebagai ajang promosi gratis bagi musisi itu sendiri. Kok bisa? Jelas bisa, karena dengan demikian, musik mereka akan lebih mudah dikenal oleh masyarakat luas. Orang akan banyak request ke radio, dan jika airplay mereka tinggi, mereka akan makin dikenal, otomatis tawaran manggung akan berdatangan. Tidak semata hanya mengandalkan penjualan album, bukan?

Bahwa musik sekarang sudah bukan sekedar seni, tapi juga industri. Banyak yang hidup dan makan dari sini. Bukan sekedar penjualan album, ada pula RBT, ringtones, dan bahkan penjual MP3 dan CD bajakan juga menggantungkan hidupnya disini.

Tapi bagaimanapun, pada hakikatnya musik adalah seni, yang sayang jika seni itu dirusak oleh komersialisasi. Karya yang baik akan lahir dari industri dan regulasi yang baik pula, terutama yang tidak merugikan musisi itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa apresiasi masyarakat kita terhadap musik yang berkualitas masih sangat kurang. Band-band yang berpenampilan sama dan mengusung tema lagu sama yaitu cinta picisan berkeliaran di media tv kita. Kita sebagai penonton dicekoki tayangan yang itu-itu saja. Genre sama, lagu mirip, penampilan mirip menjadi wajah dari industri musik kita saat ini. 

Dengan ketiadaan fileserve dan megaupload, peluang memiliki karya cipta secara cuma-cuma kini makin tipis, dan setidaknya orang kini akan memiliki pertimbangan untuk memiliki sebuah album lagu. Karena mereka harus membeli, atau meminjam dari temannya yang membeli, mereka akan lebih menghargai suatu karya. Penyetopan layanan unduh gratis ini ternyata bisa memiliki sisi positif lain dalam bentuk apresiasi. Industri musik bisa hidup kembali.

Memang fileserve atau megaupload hanyalah sedikit media yang memungkinkan adanya illegal download atau pembajakan. Saya sendiri masih netral dalam memandang fenomena ini. Dunia internet memang memberikan konsumen banyak pilihan. Album yang bahkan belum selesai proses rekamannya pun bisa bocor melalui internet, bahkan musisi sebesar Guns and Roses sendiri pernah kecolongan. 

Terdapat dua sisi berbeda akan imbas dari fenomena ini. Berapa banyak musisi potensial yang harus terkubur impiannya hanya karena demo lagunya ditolak oleh label? Jaman sekarang, merekam musik dari kamar sendiripun sudah bisa. Dengan adanya internet, siapapun bisa menelurkan karya tanpa batas dan tanpa mengandalkan label. Demokratisasi dalam dunia musik ini boleh jadi memang kurang berpihak pada musisi yang bermusikalitas bagus. Jika seorang remaja mampu terkenal hanya bermodalkan sebuah gitar kopong dan peralatan rekaman sederhana, lalu apa gunanya musisi-musisi hebat itu bersekolah musik tinggi-tinggi lalu dan menguasai instrumen sedemikian hebatnya jika karya mereka kalah laku?

Pada akhirnya, musik memang dikembalikan kepada selera pasar. Namun pasar yang mana? Media TV yang ada sekarang cenderung hanya mengakomodir pasar tertentu saja, yang sama-sama kita sering lihat di acara musik setiap pagi. Akan sangat menyedihkan jika para pengasuh acara musik itu mengajak anak-anak sekolah untuk bolos dengan iming-iming upah uang jajan dan mengajarkan mereka joget cuci-jemur. Inilah teenage abuse yang terkordinir dan sistematis. Hanya dua kalangan yang menikmati acara demikian, anak sekolah yang harusnya disekolah, dan band-band pengusung lagu cinta picisan seragam itu. Konsep inipun menjadi sesuatu yang janggal, dimana penyelenggara acara dan musisi itu sendirilah yang membayar orang untuk menonton mereka, bukannya sebaliknya. Musisi makin tidak dihargai.

Band-band yang beraliran beda dari yang ada sekarang umumnya ditolak oleh label besar, dengan alasan musiknya "terlalu keras" atau terlalu "njelimet" karena media umumnya memang tidak melihat kualitas, melainkan melihat apa yang sedang disukai oleh para penonton bayaran itu. Siapa sih yang mau bela-belain nonton pagi-pagi di mall atau di studio TV? Ya cuma teenager bayaran itu. Siapa pasar sebenarnya dari musik itupun menjadi bias. Hanya mereka yang digemari teenager bayaran itulah yang diberi kesempatan tampil di televisi, dan itulah pasar musik Indonesia sekarang.

Kekeliruan masif ini tentu gampang dilihat imbasnya. Sulit untuk melihat musisi berkualitas bertengger di top chart musik, dan sulit pula bagi mereka untuk bertahan. Dan selamat menikmati musik yang itu-itu saja.